Jumat, 09 Februari 2018

Perburuan Tenda Consina Traillight 2P






Haiii….

Brosis punya ‘pengalaman’ dalam membeli tenda kah? Saya beberapa bulan yang lalu mendapatkan pengalaman yang sebel-sebel gimanaa gitu ketika beli tenda dome merk Consina. Ceritanya, saya berniat memakai tenda ini untuk camping ceria di Salatiga, Sabtu-Minggu, 15-16 Juli 2017 yang lalu. Waktu itu saya tinggal punya waktu semingguan saja untuk berburu tenda. Itu pun harus berbagi waktu dengan kegiatan rutin saya lainnya, biasaa…. glidig demi sesuap nasi hehehe :) 


Tenda yang saya inginkan

Nah, saya memulainya dengan gugling informasi tenda yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan saya yakni:

1.       Muat 2-3 orang

Karena saya biasanya berkegiatan outdoor hanya berduaan saja dengan masjo *ihiiirrrrr*.

2.       Frame alumunium

Biar nggak ngrepotin nanti di kemudian hari. Kuat, nggak gampang patah ketika terburu-buru installing-uninstalling serta bila keterjang angin sebagaimana frame berbahan fiber glass;

3.       Ada vestibule atau teras

Biar bisa memasak dan bikin kopi panas di kala hujan;

4.       Warna menyala

Warna menyala cetar membahana dimaksudkan biar hati senantiasa sumringah, riang gembira; biar segera terdeteksi ketika berada di tengah-tengah kumpulan tenda lainnya. Dan, biar bagus juga kalo difoto hihi;

5.       Harga maksimal Rp1 juta, lebih dikit nggak apa-apa

Budget saya emang segitu, jangan kemurahan ntar keok di tengah jalan. Jangan kemahalan pula wong saya bukan pendaki gunung profesional atau pegiat outdoor serius, hanya campinger’ tipis-tipis.

Tenda Consina Traillight 2P, barusan mendarat langsung ditest diberdirikan di teras rumah. Pemasangannya tidak sempurna, vestibule dan pasak-pasaknya tidak difungsikan sebagaimana mestinya :D


Di-PHP-in: alamat palsu

Awalnya, saya belum menjatuhkan pilihan pada tenda ini. Random saja. Apapun merknya, yang penting sesuai dengan kriteria di atas. Niatnya, saya ingin beli offline saja supaya bisa melihat dan merasakan langsung tenda yang diincar. Juga, supaya kalau ada cacat dan kurang, saya bisa segera tahu dan langsung bisa membatalkan pembelian. Selain hunting sendiri, kami juga nitip pesan ke seorang teman yang sudah berpengalaman dalam hal pertendaan, buat mencarikan tenda dengan kriteria tersebut.

Hmmmm tapi kok tidak semudah bayangan saya ya? Sudah Baru masuk ke 3 toko…. Kok ya tidak nemu, dan si masjo udah bête saja bawaannya. Beda dengan kalo masuk ke toko onderdil sepeda, betahlah doi hihihi. Yo wis, pencarian pada hari Minggu itu disepakati dihentikan.


Selanjutnya, saya gugling-gugling lagi. Dari hasil gugling itu, yakinlah saya buat beli tenda Consina Traillight 2P yang berwarna kuning kunir itu. Di Bukalapak dan di Sophee didapatkan info bahwa ada toko yang juga buka offline di Jogja yang jualan tenda ini, yang setelah di-google map, lokasinya tak begitu jauh dari rumah. Ada situs dot com-nya pula. Yakinlah saya. Kejaaarrrr….! 
 

Besoknya kami menelpon nomor yang tercantum di alamat toko yang tertera, ada nada sambung tapi tidak diangkat. Oke, kami kirim pesan via Whatsapp dan terkirim dengan centang dobel, namun tidak dibalas. Huh Njelehi! Iki bakul niat dodol ora sih?


Akhirnya saya dan masjo menggelindingkan ban jip kami buat langsung mendatangi toko tersebut. Google map terus saya pantengin, TKP sudah di depan mata, tapi kok tidak ada tanda-tanda keberadaan toko tersebut ya?  Terus kami nanya ke 2 orang bapak-bapak di sekitar situ. Jawab mereka, tidak ada yang jualan tenda di area kampung mereka itu. Terlebih, mereka itu penduduk asli kampung yang notabene tahu siapa jualan apa. Saya cek Google Map lagi, dan anehnya, titik TKP berubah, bergeser ke kampung sebelah. Baiklah, mungkin tadi kami salah baca, walaupun saya haqqul yakin benar. Kami kejar titik tersebut. Dapat! Tapi setelah di-kulonuwuni kok ternyata tidak ada yang jualan tenda?? Byuh byuuh….. Iki bakule ngejak kucing-kucingan po yooo?? Njuk maksute opo?

Mission failed!


Wew…. Sudah jelas alamat toko tersebut palsu, yang dibuat dengan tujuan pencitraan semata untuk membuat pembaca yakin akan kredibilitas dan eksistensinya di ranah online. BTW, besoknya, Whatsapp baru dibalas. Isinya bilang bahwa gudang mereka berada di tempat lain. Bwahhh! Apa-apaan? Kalo gitu, ngapain mencantumkan alamat toko di tempat tadi? Dengan jam buka pula? Ini jelas penipuan. Saya jadi rugi tenaga, waktu, pikiran, dan bensin dong… hiks *teteup emak-emak nggak mau rugi*. Jadi, saran saya, brosis harus hati-hati, jangan percaya begitu saja dengan pencitraan yang demikian itu. Bikin kite cepedeee….. :(

Dari toko ke toko

Baiklah, kita lanjutkan. Matahari mulai menggelincir ke barat, pencarian toko palsu itu dihentikan, dan kami berniat mendatangi saja toko resmi Consina di Jalan Mataram Jogja, sesuai rekomendasi teman. Daaan…. Zonk!  Barang kosong alias tidak ada. Si mas penjaga toko beritikad baik menelponkan cabang Consina yang lain, daaan….. ada! Di toko Consina Jalan Solo. Cuss kami cabut ke sana.


Di tengah jalan, kami dikabari oleh teman yang kami mintai bantuan buat ikutan nyariin itu. Katanya, dia barusan dari Consina Jalan Solo dan si Traillight kagak adee. (Ah masak iya? Barusan mas di toko pertama nelponin dan ada kok). Dia juga bilang sudah mendapatkan tenda 2-3 person ber-frame alumunium, ngirimin fotonya, tapiiii merknya bukan Consina melainkan Tacubic. Mmmm merk yang asing bagi saya, dan tampaknya tidak ada terasnya. I am not really sure about it, apa lagi di foto itu bentuknya tampak jelek dan warnanya cenderung kusam, tapi saya dan masjo menghargai usaha teman.


Oke, haluan pun diputar, kami belok ke Babarsari buat nemuin teman yang lagi berada di toko outdoor Deuter yang dimaksud. Doi dengan anak-istri lagi belanja juga buat keperluan ke Salatiga, hehe. Tenda masih berdiri. Warnanya kuning kombinasi abu-abu. Lumayan sih, cuma ya itu tadi, ternyata betul tidak ada terasnya. Akan berisiko kebakaran kalau memasak di dalam tenda. Lagian, tenda Tacubic ini buatan Cina, yang notabene kurang meyakinkan dalam hal quality control. Kadang baik, kadang bla bla bla.


Eeh namun, ketika berbincang-bincang dengan mbak bakulnya, saya jadi tahu bahwa tenda Consina pun aslinya buatan Cina. Oh my? Jadi, Consina tidak membuat tendanya sendiri di Indo to, tetapi mengimpornya dari Cina, lalu menyablon merknya di sini. Huhuuu….. kirain. Tadinya saya sempat salut dan bangga dengan karya anak bangsa ini. Harga miring, kualitas bersaing. “Cintailah ploduk-ploduk Endonesa” itu selalu berdengung di telinga manakala saya ingin berbelanja. Owalah makanya, saya pernah lihat di Google, tenda Eiger pun tertulis “made in China”. Nah lho! Para produsen ternyata lebih memilih pesan di Cina, lalu sesampainya di Indo barang tinggal disablon saja dengan merk masing-masing. Saya bukan orang ekonomi, apa lagi pakar ekonomi, bukaan…. tapi saya  sotoy  coba menyimpulkan: ini karena biaya produksi yang tidak kompetitif kalau dibuat di sini; entah karena tarif listriknya lebih mahal, entah gaji pegawainya lebih tinggi, entah pajaknya lebih gede, entah bahan bakunya masih ngimpor sehingga jatuhnya barang malah lebih mahal, entah apa lagi? Coba brosis tambahkan.


Kembali ke kisah si tenda. Eeee ternyata, si teman salah mendefinisikan toko Consina yang ia maksud tadi. Ternyata yang doi maksud adalah Consina Babarsari, bukan Jalan Solo. Memang, daerah Babarsari ini terletak tak jauh dari Jalan Solo. Owalah…. Pantesan zonk. Sip deh, berarti masih ada harapan. Semoga yang ditelponin si mas bakul Consina Jalan Mataram tadi benar, masih ada Traillight di Consina Jalan Solo.


Sebetulnya, masjo inginnya mengakhiri pencarian di sini saja, dengan tenda Tacubic itu, tapi saya tidak puas. Apa jadinya kalau si Tacubic sudah kebeli, tapi suatu hari saya nemu si Traillight? Masak sih saya beli tenda lagi? Masak sih tidak? Ntar kepikiran pulak? Nah, ketimbang-ketimbang, mendingan-mendingan kan? Hehe. So, dengan mood yang mendekati titik nadir, masjo pun terpaksa mau saya ajak ke Consina Jalan Solo hik hik. Kasihan juga lihat wajahnya yang sudah penat dan pucat telat makan. 


Teman sekeluarga itu pun kami tinggal di toko Deuter.  Mereka masih meneruskan belanja. Sesampainya saya di Consina Jalan Solo, what happen then? Ternyata sodara-sodara…… zonk! Lha kok bisa? Katanya tadi pas ditelponin ada? Mau tahu jawaban si mas penjaga tokonya brosis?

“Saya salah dengar, Bu....”



Jedddderrrrr!!! *Rasanya pingin mbanting  komputer kasir  sesuatu*.

Coba bayangin brosis, betapa jengkelnya kami yang kondisi fisik serta psikisnya sudah di titik nadir itu *weleh*



Dia bilang, adanya seri  Superlight. What?? Superlight itu kan seri tenda yang masih ber-frame fiber glass. Duh duuuhh. Sudah sore, capek, laper, syumuk, jadi korban PHP, jadi korban ketidakcermatan karyawan toko pula! Syabaaarrrrr syabar. Saya mencoba memaklumi keteledoran si mas bahwasanya lafal Traillight dan Superlight itu memang mirip kalau diucapkan lewat telepon. 

Saya pun meninggalkan toko dan pulang dengan muka yang kelipet-lipet. Kacau dah! 


Beli online

Tidak mudah juga proses yang saya lalui untuk memiliki tenda Consina Traillight ini. Setelah zonk dalam perburuan di toko offline, akhirnya saya menyerah dan memutuskan membelinya di toko online. Meskipun demikian, saya tetap perlu make sure dengan melihat dan menyentuhnya secara langsung. Kebetulan, dari obrolan di toko Deuter kemarin dan gambar di internet, si teman tadi menginfokan kalau dia ternyata juga punya Traillight. Hehehe. Tahu gitu kan dari kemarin saya bisa langsung ceki-ceki ke rumahnya, dan langsung saja ngorder online. Oh…. Lumayan legaaa. Syukurlah, saya jadi bisa nonton dulu barangnya kayak apa. Dan hehe….. kita satu selera ternyata :))



Setelah melihat, mengamati, mengira-ira dimensi dan kapasitas person, merasakan tekstur bahan dan kekuatannya, memastikan apa saja komponen-komponen pembangun berikut jumlahnya, serta mengerti cara mendirikannya yang simpel; saya jadi bertambah yakin untuk beli online. Habis gimana lagi, itu sudah tanggal 12, sedangkan tanggal 15 malam tenda harus sudah dibawa ke Salatiga.



Saya memutuskan beli di Sophee yang gratis ongkos kirim sampai dengan Rp30 ribu di toko itu. Lumayanlah, penghematan. Dengan keywords “Consina Traillight” yang saya ketikkan, di situ hanya tampil 2 toko saja yang jual. Satunya di Jogja, yang toko offline-nya ternyata ngajakin kucing-kucingan itu tadi, dan satunya lagi di Surabaya. Saya menjatuhkan pilihan pada yang Surabaya. Mengapa? Karena yang Jogja terbukti tidak memiliki itikad baik, saya khawatir nanti saya dikecewakan lagi jika saya jadi beli. Entah barangnya cacat, entah dikirimnya lama sehingga saya gagal nenda di Salatiga. Padahal, yang di Jogja itu harganya selisih Rp100 ribu, dan lokasinya jauh lebih dekat sehingga logikanya pengiriman barang bisa lebih cepat. Namun, satu juta itu bukan uang yang sedikit bagi saya Menkeu rumah tangga, yang bisa saya main-mainin. Saya harus tepat dalam membelanjakannya.



Saya chat bakulnya dan langsung dibalas. Alhamdulillah bakulnya responsif. Saya tidak perlu wasting time lama-lama menunggu jawaban. Saya tanya apakah kalau saya transfer uang sebelum tengah hari tanggal 12, barang bisa nyampe Jogja bagian Bantul tanggal 14 sore. Dijawabnya, itu tergantung ekspedisi, dia tidak bisa memastikan. Mmmm…. iya betul sih. Baiklah kakak.



Melihat effort si penjual yang baik, saya kok yakin akan sampainya barang tepat waktu, dan barangnya bagus. Akhirnya deal, jam 10an pagi tanggal 12 uang saya transfer. Harga Rp990 ribu, ongkir Rp18 ribu, total yang saya transfer Rp1.008 ribu. Selanjutnya saya konfirmasi ke penjual kalau saya sudah transfer uangnya dan langsung dibalas barang segera diproses. Nyicil lega. Tinggal nunggu si tenda tiba.



Eeeh sepulang mburuh, lagi boci unyu, si penjual nge-chat minta tambahan uang transfer Rp24 ribu. Hedew….. apa lagi iniiiiih??? Di situ pihak Shopee langsung mengingatkan tentang menghindari penipuan untuk jangan ada transfer uang di luar Shopee. Good job, Shopee. Saya apresiasi itu. Tapi dengan alasan penjual bahwa dia habis dari ekspedisi dan timbangannya kena 3 kg, saya pun mahfum. Jadi begini hitungannya brosis:

Di lapaknya tertera harga Rp990 ribu

Gratis ongkir default JNE Reg dari Sophee Rp30 ribu.

Perkiraan total ongkir ke Bantul setelah disubsidi Rp12-18 ribu (tergantung kecamatan mana)

(dengan ongkir per-kg ke kecamatan saya Rp 24 ribu)

Padahal saya gugling di situs jualan lain, berat barang 2,5kg.

Lha si penjual ngitungnya salah, mungkin dikiranya mentok 2,4kg dan otomatis dia harus nombok yang 0,1 kg-nya dengan Rp24 ribu



Hitungan pihak ekspedisi JNE:  1 kg-nya ditoleransi 0,2 kg

Dengan kata lain, 1 kg paket JNE = 1,2 kg



Jadi, paket tenda saya:

2,5 kg berarti masuk 3 kg (meskipun hanya kelebihan 0,1 kg doang)

Rp24 ribu x 3 kg = Rp72 ribu

Rp72 ribu – Rp30 ribu = Rp42 ribu

Saya sudah bayar Rp18 ribu

Jadi, saya kurang Rp24 ribu



Artinya, si penjual itu betul dan jujur, tidak melakukan penipuan.



Habis kucek-kucek mata, terus pake jaket dan kerudung, ngibritlah saya ke ATM lagi, demi tenda idaman…. ihikkk. Poya hoho dab, mendingan repot di awal ketimbang repot ntar-ntarnya.



Tanggal 12 berlalu, tanggal 13 telah lewat. Tibalah tanggal 14, saya berniat tidak kemana-mana siang hingga malam demi menunggu paket tenda.  Sudah lewat siang hari, terlihatlah mobil kurir JNE datang ke rumah tetangga. Saya sudah nyicil hepi, kayaknya abis itu ke rumah saya deh, nganterin tenda. Cihuuuuy. Tapi oh tapi, si mobil pergi meninggalkan kekosongan hati. Yaaahhh.... Bisa kebayang kan perasaan saya kayak Rinto Harahap. Tampaknya tenda tidak datang hari ini, mungkin besok, atau sore nanti dengan kurir bersepeda motor? Ah, tampaknya kok tidak, wong paket berdimensi besar atau 3 kg ke atas itu SOP-nya dikirimkan oleh kurir bermobil kok. Ewww... Syabarrr.



Sore sehabis saya mandi, terdengar suara masjo pulang. Terdengar pula kayak ada orang datang yang ditemuin oleh masjo. Ternyata anak tetangga yang masih balita datang nganterin paket!!! Aaahhh…… akhirnya brosiiis. Rasa lelah dan harap-harap cemas itu sirna sudah. Tenda Consina Traillight 2P sudah di tangan. Langsung dicek, dicoba didirikan, dan everything is alright. Bintang 5 deh buat bakule, tapi tetap saya kasih masukan membangun ke doi, agar ke depannya doi lebih mendetail lagi dalam menimbang barang supaya kita pembeli tidak direpotkan. Juga supaya doi tidak dicurigai oleh Sophee melakukan penipuan.

Nah, segitu saja kisah perjuangan saya dalam mendapatkan tenda Consina Traillight 2P yang cukup berliku-liku dan mengharu biru, bhihik. Biasanya, kalau sesuatu itu ndapetinnya susah maka sesuatu itu akan relatif bertahan lama di kita atau bahkan bisa langgeng *nggak kayak hubunganmu dengannya kan dik? isikamisigo*. Semoga demikian pula dengan tenda ini, awet. 



Mungkin suatu hari nanti saya akan buat review tenda ini, tapi nggak janji ah... ntar PHP. Saya kan blogger super langka. Langka posting... Qiqiqi.



Wassalam.



~Piet~











1 komentar:


  1. ayo segera bergabung dengan kami hanya dengan minimal deposit 20.000
    dapatkan bonus rollingan dana refferal ditunggu apa lagi
    segera bergabung dengan kami di i*o*n*n*q*q

    BalasHapus