Minggu, 14 Februari 2016

Nonton IOX 2016 Jogja-Bali


Haaiiii..... Apa kabar brosis hari ini? Semoga semua baik-baik saja dan selalu sehat. Saya mau berbagi cerita tentang pengalaman singkat saya nonton IOX JOLI hari pertama. Saya bertutur secara kronologis saja ya, supaya bisa runtut, sekaligus mengasah ingatan. Maklum... umur sudah semakin bertambah *bilang tua aja keles :D* , hard disk kian penuh, dan memori pun memudar. Hehe...

Gara-gara Kudet dan Salah Baca Tanggal

Sabtu pagi itu saya bangun siang jam 9.... hehe…*istri pemalas* Yaaa kan lagi libur. Lagian, sebagi seorang muslim, saya sudah sholat subuh. Makanan untuk sarapan suami juga sudah tersedia *sisa kemaren... hihi* Jadi, saya mau bangun jam berapa pun ya ora popo to. Terlebih, saya tidak ada rencana pergi ke mana-mana. Tiba-tiba masjo alias suami mbangunin dan mengajak saya ke Altar (Alun-alun Utara Kraton Jogja) untuk nonton IOX. Balik! Mata saya yang masih kriyip-kriyip, nyawa pun belum 100% balik ke badan... mendadak langsung sigap trengginas. Siap, komandan... laksanakan!!! Langsung deh mandi de el el dan cuss menggelindingkan ban jip merah hitam ke Altar.

Itu tadi gegara masjo BBMan dengan seorang teman yang menginfokan tentang acara IOX yang start dari Altar hari Sabtu, 13 Februari 2016 tersebut. Sebetulnya, saya sudah tahu tentang event IOX ini dari tahun lalu, karena saya mem-follow Instagram IOX. Cumaa, saking sudah lamanya, saya jadi tidak ngeh kalau itu tanggal 13. Seingat saya masih ntar tanggal 15 je. Ndilalah, saya juga jarang banget nginstagram akhir-akhir ini. Jadi kudet deh :(

Seciut wawasan saya, IOX merupakan singkatan dari Indonesia Off-road eXpedition, yang merupakan acara adventure offroad tahunan. Pesertanya dari seluruh Indonesia, bahkan kalau tidak salah, ada yang dari manca negara juga (CMIIW). Untuk tahun ini, IOX menempuh rute Jogja-Bali. Start di Jogja, finish di Bali, dengan jarak tempuh 1.700 km dan total waktu 16 hari. Wuiiih! Kebayang nggak tuh, brosis.... Mantab, kan! Tahun lalu gelaran IOX 2015 menempuh rute Jakarta-Semarang-Surabaya, sedangkan tahun-tahun sebelumnya, ada yang di dalam Sumatra, ada pula yang Sumatra-Jawa. Nah, tahun ini mumpung Jogja yang menjadi tempat strart-nya, maka saya yang berdomisili di Jogja  tidak ingin melewatkan event bagus ini.

Sampai di dekat Alkid (Alun-alun Kidul atau selatan), tidak sengaja kami ketemu dengan teman yang tadi BBMan dengan masjo. Dia barusan dari Altar hendak pulang. Berhentilah kami di tepi jalan, ngobrol sebentar. Ternyata dia kecelek dan sudah telat, brosis. *berapa bulan?* Waduuuh... Apalagi kami, yang baru mau akan kesana, jelas telat kuadrat. Huhuu.... Rombongan IOX sudah berangkat semua ke arah Kulonprogo. Altar pun sudah sepi! Huaaaaa.....

Ngontak sana-sini, ternyata tidak ada yang tahu lokasi trek IOX persisnya di mana. Ya sudah. Kepalang tanggung, sudah mandi, sudah keluar rumah, akhirnya dengan sadar diri dan tidak begitu menaruh harap bisa ketemu rombongan IOX, kami pun lanjut menggelinding ke arah Kulonprogo. Niatnya nonton offroad diubah menjadi jalan-jalan saja, refreshing di hari Sabtu, dan ngalusin ban ^_^.


Perjuangan Menemukan Rombongan Jip IOX JOLI

Dari info yang minim tadi, disimpulkan bahwa *bahasanya kayak rapat paripurna RT ya... hihii* rombongan IOX sedang menuju Borobudur via Samigaluh. Aha! Samigaluh kan lokasi JORC IV bulan Januari lalu, yang saya sempat nonton itu. Hehehe.... asiiiik. Ada secercah harapan untuk ketemu nih, brosis. Singkat cerita, di tepi jalan, kami melihat beberapa orang dengan pakaian trail. Kami berhentilah dan hendak tanya-tanya, barangkali mereka melihat rombongan jip offroad yang barusan lewat. Eh, tidak disangka, ternyata mereka tidak cuma melihat.... mereka bahkan ikutan event ini sebagai peserta kategori Dirt Bike, surprise! Oh iya, kostumnya beridentitas event ini. Truk support-nya pun memiliki grafis yang senada dengan identitas trail mereka. Saya melihat sekilas ada tulisannya “Kalsel” di badan truk. Wuiiiih... mereka sepertinya berasal dari jauh, dari Kalimantan Selatan. Jadi terbayang sosok pahlawan nasional Pangeran Antasari, yang dulu berjuang melawan penjajah Belanda *pelajaran Sejarah di SD*, dan Chef Agus runner up Master Chef Indonesia itu.

Okei, masih melanjutkan perjalanan dalam rangka menemukan rombongan jip IOX. Byuuuh, saya serasa seperti detektif kesiangan aja ya. Atau seperti rombongannya Sun Go Kong yang berjalan ke barat mencari kitab suci? Bwahahahaaa...

Spanduk ijo itu masuk ke kanan...
Di pinggir jalan yang sama sekali tidak ada tanda-tanda bekas kehadiran jip offroad, kami bertanya kepada seorang ibu pedagang kios.... dan ternyata.... belum lama tadi telah melintas jip-jip offroad ke arah sungai. Voila! Siaaap, buk! Kami kejar! Beloklah jip kami ke kanan, masuk kampung sedikit, dan mentok sungai. Ada tapak-tapak ban jip offroad, pemirsah. Pencarian pun jadi semakin mengasyikkan dan seru... hehehe. Di seberang sungai itu, agak jauh di sana, saya melihat penunggang trail peserta IOX. Lha jip nya mana? Kok tidak tampak. “Tadi jip-jip offroad sudah pada nyebrang ke sana, Mbak, yaaa ada sekitar 30 an jip.” Begitu kata ibu-ibu yang saya jumpai di tepi sungai. “Mereka menuju ke arah sana.... bla bla bla.”

Cuma ketemu dengan jejak tapak-tapak bannya saja

Nah.... ke arah sananya itulah yang kami kejar lewat jalan biasa, jalan aspalan maksudnya. Bisa saja kami nyebrang sungai, tapi itu tidak kami lakukan karena kami tidak ingin kelamaan menghabiskan waktu. Ini bukan saatnya CRan, walaupun saya penasaran dengan sungai itu hehehe... Selain itu, kami juga takut jikalau nanti menjadi pengisruh trek manakala ada peserta IOX yang tiba-tiba datang di belakang kami, karena selepas sungai, saya lihat masih ada trek jalan tanah kecil yang tampak basah meniti tepian sawah, yang berujung kemana, tidak kelihatan.

Dari info si ibu tadi, jip pun kami puter balik masuk lagi ke jalan raya. Terus bablas entah kemana, saya gak tau namanya. Terus melihat bekas tapak-tapak ban jip offroad lagi, kali ini di aspalan, di mulut gang tanah. Tampaknya mereka tadi barusan keluar dari trek di gang tersebut, lalu masuk jalan aspal ini. Tanya-tanya lagi kami ke orang-orang yang lagi di angkringan dekat situ. Mereka dengan semangat 45 pun memberikan petunjuk arah yang seadanyalah. Hihihi...... seruuu seru.


Ketemu Jip-jip Oranye IOX JOLI

Perjalanan masih berlanjut lagi dengan berbekal intuisi *dan bakat James Bond saya*. Akhirnyaaaaa pencarian berhenti. Di tepi jalan di mulut gang kami melihat sebuah jip offroad oranye fully dress up bertuliskan IOX! Olala.... Riang tak terkira! sampe jogetan dan koprol-koprol segala * bohong pol, jangan percaya :D* 

Fiuuuh... Parkir deh jip kami di pinggir jalan, kemudian menghampiri dan bertegur sapa, kulo nuwun dengan dua orang bapak-bapak berbaju oranye di pos kamling di tepi jalan. Mereka ternyata official IOX bagian medis. Dan dengan lugu dan cupunya sambil menunjuk ke arah barisan jip yang berada di dalam gang, saya bertanya, “Itu dari team mana, Pak?” Jawab mereka, “Wah... dari mana-mana, Mbak, dari seluruh Indonesia.” Hehehe... Padahal maksud saya, beberapa jip yang tampak di barisan paling belakang itu, team apa namanya, dari daerah mana. Xixixixii.

Barisan jip-jip IOX
Sependek pengetahuan saya, nama-nama team offroad peserta IOX Jogja-Bali ini merujuk pada fauna-fauna hebat khas Indonesia, yang berkesan gagah dan kuat, seperti: Team Buaya, Team Gajah, Team Macan, Team Harimau, Team Celeng, Team Rajawali, dan sejenisnya. Oh iya, menurut Bapak-bapak medis tadi, mereka juga ikutan nyemplung trek, jika kondisi treknya memungkinkan. Jika treknya parah bin extreme ya mereka milih mlipir lewat jalan biasa. Betul sekali, trek extreme tentu lebih berisiko terhadap kesiap-sediaan mereka melaksanakan tugas sebagai team medis.

Ada nama-nama offroader di tiap-tiap jip
"Gak apa2 ayah offroad, asal... Jangan kawin lagi!!"

Baiklah, cerita selanjutnya, jip pun kami parkir di situ, dengan bilang “nitip” ke ibu-ibu (ibu-ibu lagi :D) penjual mi ayam, kami pun jalan kaki masuk gang, melipir melewati barisan jip-jip IOX yang semuanya berwarna oranye, yang sedang ngantri untuk masuk trek sungai. Tak lupa saya dan masjo berucap “kulo nuwun” dan “permisi” kepada para offroader yang kami temui dan lewati. Bisa ditebak *siapa pula yang nebak?* saya begitu excited, menyaksikan jip-jip offroad yang semuanya fully dress up itu, full perbekalan, dan full piranti recovery. Woww! Terasa kental aura gaharnya. Tersimpan energi yang siap diledakkan di trek offroad nanti. Dan saya merasa, jip Jimny saya teramat sangat cupunya, ibarat bumi dengan langit. Hehehee. Tak apalah, yang penting sehat ;)

Luapan energi 4WD
Warna oranye cerah mendominasi sungai

Nonton Offroad IOX Day 1

Semua jip tersebut berwarna oranye atraktif, warna wajib IOX Adventure. Kostum para offroadernya pun oranye, di punggung terdapat tulisan "day 1". Ah, untunglah oranye. Coba kalau hitam, abu-abu, atau navy blue.... tentu akan membuat saya lebih kesulitan untuk memotret. Bukannya jelek, tidak, tetapi karena warna-warna tersebut kurang fotogenik bagi saya.

Wana jip-jip dan kostum para offroader sama: oranye
Outfit yang matching. Saya tertarik dengan jam tangan beliau yang oranye itu... hehe


Mlipir-mlipir cantik, sampailah saya di sungai. Waahhh! Di sini saya lebih excited lagi, karena bisa nonton aksi jip-jip yang menyeberang sungai. Saya lihat, sungai itu tidak seberapa dalam. Cuma, banyak bebatuan vulkanik yang berukuran sedang dan besar. Saya rasa, itulah yang menjadi handycap di trek ini. Nun jauh di sana, ada sebuah jembatan. Tampak cukup banyak penonton di sana. 

Menyebrangi sungai di tengah rintik hujan
Sepatu saltum saya plus lumpur yang sudah mengering. Ibarat ngoffroad pakai ban AT... ahihihi

Memasuki tengah hari, masjo memutuskan untuk cabut pulang, walaupun sebenarnya saya masih ingin tinggal. Ya, saya harus deal dengan keadaan. Kami belum Sholat Dzuhur, sedangkan kami tidak membawa alat sholat karena tadi terburu-buru berangkat. Pake sepatu pun saya lakukan di perjalanan. Pun sepatunya salah pulak! Sepasang sneaker yang tidak tahan banting, tidak ngegrip di trek licin. Lha niatnya tadi kan cuma mau nonton start doang di alun-alun... Huhuu. Terlebih cacing-cacing di perut mulai pada demo, dan kami tidak sempat membawa bekal, hanya sebotol air mineral. Apalagi packing perbekalan seperti halnya untuk CRan.... waah tidak sempat sama sekali. Ini masih diperparah dengan risiko alat-alat tukang poto kami yang kurang mendukung untuk cuaca yang tampaknya akan turun hujan. Walaupun lensa saya weather proof, tetapi kamera saya tidak, dan itu berbahaya jika dipaksakan untuk memotret hujan-hujanan. Kamera masjo pun setali tiga uang. Jadi, ya sudah. Relakan... Saya tidak bisa menonton IOX lebih jauh lagi *nangis kingkong*

Menarik strap
Stuck, terpaksa di-strap
Memberikan aba-aba
Kami meneruskan langkah menuju parkir jip, warung mi ayam. Melewati seorang offroader, kami sempat nanya rute berikutnya lewat mana. Dengan ramah, beliau menunjukkan buku peta tulipnya, lalu membukakan beberapa halaman. Hanya itu yang bisa beliau lakukan. Saya tahu, beliau ingin memberi tahu, andai kata bisa. Namun apalah daya, beliau bingung sekarang berada di daerah mana, dan tidak paham apa nama kampungnya. Hihihihiii... Sama, Pak, saya pun demikian. Sama-sama bingung kita, Pak. Hahahaha. Pokoknya ntar ngikutin tulip aja dah, untuk selanjutnya finish Day 1 di Borobudur.

Mendung di langit yang sedari tadi sudah bergelayut, kini kian menghitam. Rintik-rintik gerimis pun mulai berjatuhan. Beberapa jip terlihat masih ngantri untuk nyebrang. Sampai saya melihat sebuah pemandangan yang sungguh menakjubkan dan mengharukan hati saya sebagai hamba Allah: Offroader sholat. Empat orang offroader sedang sholat berjamaah di rerumputan.Subhanallah.....

Selesai salam (Motretnya cepet-cepetan, hasilnya miring. Saya pikir saya sudah ketinggalan momen)
Ternyata mereka bangkit dan takbiratulikhram lagi (sholat jamak)
Cepat-cepat saya potret karena hujan gerimis turun semakin deras, lalu lari menuju jip saya... dan mereka tetap lanjut sholat
Tampaknya mereka sedang mengerjakan sholat jamak, Dzuhur dan Ashar. Tidak peduli gerimis jatuh semakin deras, mereka tetap lanjut sholat. Subhanallah, di tengah kesibukan dan keasyikan ngoffroad, mereka tetap ingat akan kewajiban terhadap Sang Pencipta, Allah SWT. Itu yang membuat saya terharu, sekaligus salut. Mereka seolah berkata bahwa dunia ada porsinya, akhirat juga ada porsinya. Senyampang dengan itu, saya pun jadi teringat perkataan seorang teman yang ketemu di mesjid, di tengah-tengah kesibukan acara jip-jipan, “Kita ini hidup, Dia yang memberi. Kita bisa mainan kayak gini (jip-jipan), itu juga Dia yang memberi. Apa ya layak, ketika kita disuruh melakukan perintah wajib-Nya, yang gaaampang ini.... kok nggak mau.”

Dedikasi offroader. Memperbaiki jip yang bermasalah, tidak perduli harus basah-basahan di tengah arus sungai dan di bawah rintik hujan
Stuck di tengah sungai
Terpaksa harus di-winch ke tepi sungai
Menemukan winching point di pohon
Tarriik Maaang......!!!
Well, dilanjutkan ceritanya ya. Dalam satu atau dua menit saja, gerimis tadi sudah berubah menjadi hujan yang semakin deras. Saya pun lari-lari di tengah hujan  kayak pilem India  menuju jip. Sebelum pulang, kami menyempatkan melewati jembatan yang banyak penontonnya tadi. Hujan cepat banget mereda, berganti dengan gerimis lagi, sehingga saya berani mengeluarkan kamera lagi, membungkus kamera dengan slayer, dan membaur nonton dengan penduduk sekitar. 

Para penonton offroad yang selalu antusias, walaupun hujan tetap menonton
  
Penasaran sedang berada di mana, saya pun bertanya kepada salah satu penonton, seorang ibu (ibu-ibu lagi), “Ini namanya sungai apa, Bu?” Jawab si ibu, “Sungai Pendem, Bu.” Alamaakk saya dipanggil Bu. Oooo.... Jadi, sungai ini masuk ke dalam teritori Dusun Pendem, Desa Samigaluh, Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulonprogo, DIY. Menurut si ibu, jembatan ini pun namanya sama dengan nama sungai dan dusunnya, Jembatan Pendem.

Akhirnya pulang. Entah kapan lagi saya bisa nonton IOX, tapi lumayan untuk kali ini, nonton plus dapat bonus. Harapan nonton start, eh... malah dapat offroadnya. Plus lagi dapat hikmah spiritual yang berharga. Alhamdulillah....


~Piet~




Tidak ada komentar:

Posting Komentar