Haaiiii..... Apa kabar brosis hari ini? Semoga semua baik-baik saja dan selalu sehat. Saya mau berbagi cerita tentang pengalaman singkat saya nonton IOX JOLI hari pertama. Saya bertutur secara kronologis saja ya, supaya bisa runtut, sekaligus mengasah ingatan. Maklum... umur sudah semakin bertambah *bilang tua aja keles :D* , hard disk kian penuh, dan memori pun memudar. Hehe...
Gara-gara Kudet dan Salah Baca Tanggal
Sabtu pagi itu
saya bangun siang jam 9.... hehe…*istri pemalas* Yaaa kan lagi libur. Lagian, sebagi
seorang muslim, saya sudah sholat subuh. Makanan untuk sarapan suami juga sudah
tersedia *sisa kemaren... hihi* Jadi, saya mau bangun jam berapa pun ya ora
popo to. Terlebih, saya tidak ada rencana pergi ke mana-mana. Tiba-tiba masjo alias
suami mbangunin dan mengajak saya ke Altar (Alun-alun Utara Kraton Jogja) untuk
nonton IOX. Balik! Mata saya yang masih kriyip-kriyip, nyawa pun belum 100%
balik ke badan... mendadak langsung sigap trengginas. Siap, komandan...
laksanakan!!! Langsung deh mandi de el el dan cuss menggelindingkan ban jip
merah hitam ke Altar.
Itu tadi gegara
masjo BBMan dengan seorang teman yang menginfokan tentang acara IOX yang start dari Altar hari Sabtu, 13 Februari
2016 tersebut. Sebetulnya, saya sudah tahu tentang event IOX ini dari tahun lalu, karena saya mem-follow Instagram IOX. Cumaa, saking sudah lamanya, saya jadi tidak ngeh
kalau itu tanggal 13. Seingat saya masih ntar tanggal 15 je. Ndilalah, saya
juga jarang banget nginstagram akhir-akhir ini. Jadi kudet deh :(
Seciut
wawasan saya, IOX merupakan singkatan dari Indonesia Off-road eXpedition, yang merupakan acara adventure offroad
tahunan. Pesertanya dari seluruh Indonesia, bahkan kalau tidak salah, ada yang
dari manca negara juga (CMIIW). Untuk tahun ini, IOX menempuh rute Jogja-Bali. Start di Jogja, finish di Bali, dengan jarak tempuh 1.700 km dan total waktu 16
hari. Wuiiih! Kebayang nggak tuh, brosis.... Mantab, kan! Tahun lalu gelaran IOX 2015 menempuh rute Jakarta-Semarang-Surabaya, sedangkan tahun-tahun sebelumnya, ada yang di dalam Sumatra, ada pula yang Sumatra-Jawa. Nah, tahun ini mumpung Jogja yang menjadi tempat strart-nya, maka saya yang berdomisili di Jogja tidak ingin melewatkan event bagus ini.
Sampai di dekat
Alkid (Alun-alun Kidul atau selatan), tidak sengaja kami ketemu dengan teman
yang tadi BBMan dengan masjo. Dia barusan dari Altar hendak pulang. Berhentilah
kami di tepi jalan, ngobrol sebentar. Ternyata dia kecelek dan sudah telat,
brosis. *berapa bulan?* Waduuuh... Apalagi kami, yang baru mau akan kesana,
jelas telat kuadrat. Huhuu.... Rombongan IOX sudah berangkat semua ke arah
Kulonprogo. Altar pun sudah sepi! Huaaaaa.....
Ngontak
sana-sini, ternyata tidak ada yang tahu lokasi trek IOX persisnya di mana. Ya
sudah. Kepalang tanggung, sudah mandi, sudah keluar rumah, akhirnya dengan
sadar diri dan tidak begitu menaruh harap bisa ketemu rombongan IOX, kami pun lanjut menggelinding
ke arah Kulonprogo. Niatnya nonton offroad diubah menjadi jalan-jalan saja, refreshing di hari Sabtu, dan ngalusin ban ^_^.
Perjuangan Menemukan Rombongan Jip IOX JOLI
Dari info
yang minim tadi, disimpulkan bahwa *bahasanya kayak rapat paripurna RT ya...
hihii* rombongan IOX sedang menuju Borobudur via Samigaluh. Aha! Samigaluh kan
lokasi JORC IV bulan Januari lalu, yang saya sempat nonton itu. Hehehe....
asiiiik. Ada secercah harapan untuk ketemu nih, brosis. Singkat cerita, di tepi
jalan, kami melihat beberapa orang dengan pakaian trail. Kami berhentilah dan
hendak tanya-tanya, barangkali mereka melihat rombongan jip offroad yang
barusan lewat. Eh, tidak disangka, ternyata mereka tidak cuma melihat....
mereka bahkan ikutan event ini sebagai peserta kategori Dirt Bike, surprise! Oh iya, kostumnya beridentitas event ini. Truk support-nya pun memiliki grafis yang senada dengan identitas trail mereka. Saya melihat sekilas ada
tulisannya “Kalsel” di badan truk. Wuiiiih... mereka sepertinya berasal
dari jauh, dari Kalimantan Selatan. Jadi terbayang sosok pahlawan nasional Pangeran Antasari, yang dulu
berjuang melawan penjajah Belanda *pelajaran Sejarah di SD*, dan Chef Agus runner up Master Chef Indonesia itu.
Okei, masih
melanjutkan perjalanan dalam rangka menemukan rombongan jip IOX. Byuuuh, saya serasa
seperti detektif kesiangan aja ya. Atau seperti rombongannya Sun
Go Kong yang berjalan ke barat mencari kitab suci? Bwahahahaaa...
Di pinggir
jalan yang sama sekali tidak ada tanda-tanda bekas kehadiran jip offroad, kami
bertanya kepada seorang ibu pedagang kios.... dan ternyata.... belum lama tadi
telah melintas jip-jip offroad ke arah sungai. Voila! Siaaap, buk! Kami kejar!
Beloklah jip kami ke kanan, masuk kampung sedikit, dan mentok sungai. Ada
tapak-tapak ban jip offroad, pemirsah. Pencarian pun jadi semakin mengasyikkan
dan seru... hehehe. Di seberang sungai itu, agak jauh di sana, saya melihat
penunggang trail peserta IOX. Lha jip nya mana? Kok tidak tampak. “Tadi jip-jip
offroad sudah pada nyebrang ke sana, Mbak, yaaa ada sekitar 30 an jip.” Begitu
kata ibu-ibu yang saya jumpai di tepi sungai. “Mereka menuju ke arah sana....
bla bla bla.”
Nah.... ke
arah sananya itulah yang kami kejar lewat jalan biasa, jalan aspalan maksudnya.
Bisa saja kami nyebrang sungai, tapi itu tidak kami lakukan karena kami tidak
ingin kelamaan menghabiskan waktu. Ini bukan saatnya CRan, walaupun saya
penasaran dengan sungai itu hehehe... Selain itu, kami juga takut jikalau nanti
menjadi pengisruh trek manakala ada peserta IOX yang tiba-tiba datang di
belakang kami, karena selepas sungai, saya lihat masih ada trek jalan tanah
kecil yang tampak basah meniti tepian sawah, yang berujung kemana, tidak
kelihatan.
Dari info
si ibu tadi, jip pun kami puter balik masuk lagi ke jalan raya. Terus bablas
entah kemana, saya gak tau namanya. Terus melihat bekas tapak-tapak ban jip
offroad lagi, kali ini di aspalan, di mulut gang tanah. Tampaknya mereka tadi
barusan keluar dari trek di gang tersebut, lalu masuk jalan aspal ini.
Tanya-tanya lagi kami ke orang-orang yang lagi di angkringan dekat situ. Mereka
dengan semangat 45 pun memberikan petunjuk arah yang seadanyalah. Hihihi......
seruuu seru.
Ketemu Jip-jip Oranye IOX JOLI
Perjalanan
masih berlanjut lagi dengan berbekal intuisi *dan bakat James Bond saya*. Akhirnyaaaaa
pencarian berhenti. Di tepi jalan di mulut gang kami melihat sebuah jip offroad
oranye fully dress up bertuliskan IOX!
Olala.... Riang tak terkira! sampe jogetan dan koprol-koprol segala *
bohong pol, jangan percaya :D*
Fiuuuh... Parkir
deh jip kami di pinggir jalan, kemudian menghampiri dan bertegur sapa, kulo nuwun
dengan dua orang bapak-bapak berbaju oranye di pos kamling di tepi jalan. Mereka
ternyata official IOX bagian medis. Dan
dengan lugu dan cupunya sambil menunjuk ke arah barisan jip yang berada di
dalam gang, saya bertanya, “Itu dari team mana, Pak?” Jawab mereka, “Wah... dari
mana-mana, Mbak, dari seluruh Indonesia.” Hehehe... Padahal maksud saya,
beberapa jip yang tampak di barisan paling belakang itu, team apa namanya, dari
daerah mana. Xixixixii.
Barisan jip-jip IOX |
Sependek
pengetahuan saya, nama-nama team offroad peserta IOX Jogja-Bali ini merujuk
pada fauna-fauna hebat khas Indonesia, yang berkesan gagah dan kuat, seperti: Team
Buaya, Team Gajah, Team Macan, Team Harimau, Team Celeng, Team Rajawali, dan
sejenisnya. Oh iya, menurut Bapak-bapak medis tadi, mereka juga ikutan nyemplung trek, jika kondisi treknya memungkinkan. Jika treknya parah bin extreme ya mereka milih mlipir lewat jalan biasa. Betul sekali, trek extreme
tentu lebih berisiko terhadap kesiap-sediaan mereka melaksanakan tugas sebagai team medis.
Baiklah,
cerita selanjutnya, jip pun kami parkir di situ, dengan bilang “nitip” ke ibu-ibu
(ibu-ibu lagi :D) penjual mi ayam, kami pun jalan kaki masuk gang, melipir
melewati barisan jip-jip IOX yang semuanya berwarna oranye, yang sedang ngantri
untuk masuk trek sungai. Tak lupa saya dan masjo berucap “kulo nuwun” dan
“permisi” kepada para offroader yang kami temui dan lewati. Bisa ditebak *siapa
pula yang nebak?* saya begitu excited,
menyaksikan jip-jip offroad yang semuanya fully
dress up itu, full perbekalan, dan full piranti recovery. Woww! Terasa kental aura gaharnya. Tersimpan energi yang
siap diledakkan di trek offroad nanti. Dan saya merasa, jip Jimny saya teramat
sangat cupunya, ibarat bumi dengan langit. Hehehee. Tak apalah, yang penting sehat ;)
Nonton Offroad IOX Day 1
Semua jip tersebut berwarna oranye atraktif,
warna wajib IOX Adventure. Kostum para offroadernya pun oranye, di punggung terdapat tulisan "day 1". Ah, untunglah oranye. Coba kalau hitam, abu-abu, atau navy blue.... tentu akan membuat saya lebih
kesulitan untuk memotret. Bukannya jelek, tidak, tetapi karena warna-warna
tersebut kurang fotogenik bagi saya.
Outfit yang matching. |
Mlipir-mlipir
cantik, sampailah saya di sungai. Waahhh! Di sini saya lebih excited lagi,
karena bisa nonton aksi jip-jip yang menyeberang sungai. Saya lihat, sungai itu
tidak seberapa dalam. Cuma, banyak bebatuan vulkanik yang berukuran sedang dan
besar. Saya rasa, itulah yang menjadi handycap
di trek ini. Nun jauh di sana, ada sebuah jembatan. Tampak cukup banyak penonton di sana.
Menyebrangi sungai di tengah rintik hujan |
Sepatu saltum saya plus lumpur yang sudah mengering. Ibarat ngoffroad pakai ban AT... ahihihi |
Memasuki
tengah hari, masjo memutuskan untuk cabut pulang, walaupun sebenarnya saya
masih ingin tinggal. Ya, saya harus deal dengan
keadaan. Kami belum Sholat Dzuhur, sedangkan kami tidak membawa alat sholat
karena tadi terburu-buru berangkat. Pake sepatu pun saya lakukan di perjalanan.
Pun sepatunya salah pulak! Sepasang sneaker
yang tidak tahan banting, tidak ngegrip di trek licin. Lha niatnya tadi kan
cuma mau nonton start doang di
alun-alun... Huhuu. Terlebih cacing-cacing di perut mulai pada demo, dan kami
tidak sempat membawa bekal, hanya sebotol air mineral. Apalagi packing perbekalan seperti halnya untuk
CRan.... waah tidak sempat sama sekali. Ini masih diperparah dengan risiko alat-alat
tukang poto kami yang kurang mendukung untuk cuaca yang tampaknya akan turun
hujan. Walaupun lensa saya weather proof,
tetapi kamera saya tidak, dan itu berbahaya jika dipaksakan untuk memotret
hujan-hujanan. Kamera masjo pun setali tiga uang. Jadi, ya sudah. Relakan... Saya
tidak bisa menonton IOX lebih jauh lagi *nangis kingkong*
Kami meneruskan
langkah menuju parkir jip, warung mi ayam. Melewati seorang offroader, kami
sempat nanya rute berikutnya lewat mana. Dengan ramah, beliau menunjukkan buku peta
tulipnya, lalu membukakan beberapa halaman. Hanya itu yang bisa beliau lakukan.
Saya tahu, beliau ingin memberi tahu, andai kata bisa. Namun apalah daya, beliau
bingung sekarang berada di daerah mana, dan tidak paham apa nama kampungnya. Hihihihiii...
Sama, Pak, saya pun demikian. Sama-sama bingung kita, Pak. Hahahaha. Pokoknya
ntar ngikutin tulip aja dah, untuk selanjutnya finish Day 1 di
Borobudur.
Mendung di
langit yang sedari tadi sudah bergelayut, kini kian menghitam. Rintik-rintik
gerimis pun mulai berjatuhan. Beberapa jip terlihat masih ngantri untuk
nyebrang. Sampai saya melihat sebuah pemandangan yang sungguh menakjubkan dan mengharukan hati saya sebagai hamba Allah:
Offroader sholat. Empat orang offroader
sedang sholat berjamaah di rerumputan.Subhanallah.....
Ternyata mereka bangkit dan takbiratulikhram lagi (sholat jamak) |
Cepat-cepat saya potret karena hujan gerimis turun semakin deras, lalu lari menuju jip saya... dan mereka tetap lanjut sholat |
Tampaknya
mereka sedang mengerjakan sholat jamak, Dzuhur dan Ashar. Tidak peduli gerimis
jatuh semakin deras, mereka tetap lanjut sholat. Subhanallah, di tengah kesibukan
dan keasyikan ngoffroad, mereka tetap ingat akan kewajiban terhadap Sang
Pencipta, Allah SWT. Itu yang membuat saya terharu, sekaligus salut. Mereka
seolah berkata bahwa dunia ada porsinya, akhirat juga ada porsinya. Senyampang
dengan itu, saya pun jadi teringat perkataan seorang teman yang ketemu di
mesjid, di tengah-tengah kesibukan acara jip-jipan, “Kita ini hidup, Dia yang memberi.
Kita bisa mainan kayak gini (jip-jipan), itu juga Dia yang memberi. Apa ya
layak, ketika kita disuruh melakukan perintah wajib-Nya, yang gaaampang ini....
kok nggak mau.”
Dedikasi offroader. Memperbaiki jip yang bermasalah, tidak perduli harus basah-basahan di tengah arus sungai dan di bawah rintik hujan |
Terpaksa harus di-winch ke tepi sungai |
Menemukan winching point di pohon |
Tarriik Maaang......!!! |
Well, dilanjutkan ceritanya ya. Dalam satu atau dua menit saja, gerimis tadi sudah
berubah menjadi hujan yang semakin deras. Saya pun lari-lari di tengah hujan kayak
pilem India menuju jip. Sebelum
pulang, kami menyempatkan melewati jembatan yang banyak penontonnya tadi. Hujan
cepat banget mereda, berganti dengan gerimis lagi, sehingga saya berani
mengeluarkan kamera lagi, membungkus kamera dengan slayer, dan membaur nonton dengan
penduduk sekitar.
Penasaran sedang berada di mana, saya pun bertanya kepada salah satu
penonton, seorang ibu (ibu-ibu lagi), “Ini namanya sungai apa, Bu?” Jawab si
ibu, “Sungai Pendem, Bu.” Alamaakk saya dipanggil Bu. Oooo.... Jadi, sungai ini
masuk ke dalam teritori Dusun Pendem, Desa Samigaluh, Kecamatan Pengasih,
Kabupaten Kulonprogo, DIY. Menurut si ibu, jembatan ini pun namanya sama dengan
nama sungai dan dusunnya, Jembatan Pendem.
Akhirnya
pulang. Entah kapan lagi saya bisa nonton IOX, tapi lumayan untuk kali ini, nonton plus dapat bonus. Harapan nonton start,
eh... malah dapat offroadnya. Plus lagi dapat hikmah spiritual yang
berharga. Alhamdulillah....
~Piet~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar