Selasa, 06 Juni 2017

Patuhilah Tulip dan Sabarlah dalam Antrian



“Patuh”. Apa itu patuh? Patuh itu intinya menjalankan apa yang disuruh.
“Sabaaar….” Apa itu sabar? Sabar itu intinya menahan hasrat atau keinginan.

Ihwal patuh dan sabar merupakan topik catatan CRan saya beberapa waktu lalu. Ada sebuah kejadian yang meninggalkan kenangan yang njelehi bercampur konyol saat saya mengikuti CRan di kawasan Jurangjero, wilayah penambangan pasir Gunung Merapi, Magelang, dalam rangka anniversary [SKIn] Magelang ke-4, hari Minggu, tanggal 14 Mei 2017. Maklum ya brosis, sebagai orang sok sibuk, cerita ini baru saya posting sekarang di bulan Juni. Whihik…. ^^

Oiya, kali ini saya sengaja tidak menyertakan foto banyak-banyak. Silakan anda berimajinasi sendiri-sendiri yess. Hehe. Anda bisa lihat foto-foto tersebut di Instagram saya @piett12 jika anda berkenan.
Jip saya di jalur tanjakan berbatu
Membaca tulip itu penting
Olrait. Singkat cerita, ketika start, kami barisan KJFC yang terdiri atas 30 jip, ngalir saja mengikuti rombongan-rombongan jip klub lain yang berjalan lurus. Ternyata, kami plus mereka kesasar semua. Seharusnya tak jauh dari titik start, kami belok kiri, tapi kami malah lurus. Wew, tidak mengindahkan tulip. Kekeliruan ini masih diperkuat dengan adanya orang di tepi trek yang mengarahkan kami untuk lurus. Padahal, setelah ditelisik, ternyata dia bukan panitia. Hakkk…..!?!? Lantas siapa? Orang lewat? Atau jin iprit“macak” panitia?

Puter balik deh….. Eh tapi puter balik 30 jip plus-plus-plus itu tidak semudah dan secepat puter baliknya 1 atau 2 jip. Selain jip KJFC, di depan sono ada puluhan jip juga. Di belakang pun setidaknya ada belasan. Ditambah dengan tajamnya sorot mentari jam 10-11 pagi menjelang siang itu, suasana jadi kian tidak nyaman. Belum lagi, kami harus nunggu antrian yang panjang dari barisan contra-flow, yang duluan masuk ke gang kiri itu. Lebih satu jam habis sudah hanya untuk nunggu di panasan, sambil semeter jalan-semeter stop. Keringat mengalir deras. Mood saya pun mulai memburuk, dan saya lihat teman-teman lain pun juga iya, tapi yah…. apa boleh buat. Salah kami sendiri, kok tidak mematuhi tulip.

Saya kasihan sama bapak ini, jadi ikutan stuck. Semoga sapi dan kambing di rumah tidak keburu kelaparan ya Pak....
Puter balik khatam, masalah selesai. Kami kini dihadapkan pada masalah berikutnya yakni antrian panjang lagi. Boring, dan panasnya minta ampun. Banyak yang stuck di depan sana. Biasaa, CR dengan peserta yang banyak memang berisiko stuck. FYI, cuaca saat itu memang terang-benderang. Langit biru bersih tanpa mendung memang sedap dipandang, tetapi ini membuat ganasnya sang surya bebas menyerang kami tanpa tedeng aling-aling. Suhu di kawasan gunung yang umumnya adem pun jadi terasa panas. Masih mendinglah kalau ngantrinya pas dapat di bawah pohon. Kalau di area terbuka, kabin jip seakan ruangan sauna. Fiuhh…. 

Panas bak di gurun, tapi keren ya pemandangannya..... ;)
Dilarang membuat jalur baru
Tulip dalam CR kali ini memampang peringatan "DILARANG MEMBUAT JALUR BARU" in caps lock
Kalimatnya jelas, bukan? “DILARANG MEMBUAT JALUR BARU”. Peringatan itu tertulis pada tulip dan dengan huruf besar semua. Artinya, ini penting bro….! We must pay attention and obey the rule seriously. It means peserta harus berjalan pada satu jalur yang sudah ditetapkan oleh panitia, tidak boleh mlipir-mlipir nyari jalur lain yang tidak dilalui oleh jip-jip di depannya. 

Semula saya bertanya-tanya, “Lho, bukannya kalau kita CRan itu memang jalurnya satu itu ya, dan semua peserta harus melaluinya dengan mengantri?” Mmmmm…… ternyata pertanyaan saya terjawab saat kami memasuki area penambangan pasir di Kaliputih yang tanpa air itu. Karena areanya lebar, maka peserta pada tergoda tuk melintas di kiri-kanan antrian supaya cepat sampai ke depan sana. Dengan kata lain: “membuat jalur baru”, dan itu jelas terlarang.  

Nampak semrawut, kan? Ya gitu deh kalau tidak mau tertib
 Lantas, kenapa terlarang? Ya karena si slonong boys pemlipir “ilegal” itu bakalan ketemu di persimpangan depan sana dengan barisan jip-jip dari jalur “legal”. Bayangin saja brosis lagi ngantri di pom bensin, terus ada yang nyelonong mlipir-mlipir maju sampai tiba di depan petugas pom yang hendak melayani brosis yang berada paling depan. Ilfil, kan?

Kalau sudah begitu, trus, siapa yang berhak didahulukan? Ya jelas yang dari jalur legal dong, tak ketinggalan beserta buntutnya yang puaaaanjaaang. Nah, sama juga kan, di sini seharusnya si slonong boys tahu diri dan menunggu antrian hingga si buntut berlalu. Lha tapinya, karena merasa sudah berada di depan, mereka ini merasa berhak. Tidak mau menunggu. Maunya duluan saja. Pokoke ra mutu wis. Coba sananya yang digituin, mau kagak?

Selanjutnya, bisa ketebak deh itu. Jip-jip jalur “legal” yang ditikung jadi merasa gusar, karena haknya terancam. Terlebih suhu panas bak di tengah gurun itu bikin lelah body, penat jiwa. Eh masih diperparah dengan tutur kata yang tidak mengenakkan, alih-alih permisi baik-baik. Ujian kesabaran memang.
  
Coba kalau mereka bilangnya baik-baik semacam, “Permisi Om, eike mau lewat dulu karena kebelet anu.… please Om, eike udah gak nahaaan. Minta jalannya ya Om ganteng.” Mungkin, walaupun terpaksa, si Om akan membiarkan mereka lewat. Lha tapi ini sebaliknya. Tidak diberi jalan karena belum haknya, plus kagak sopan, si slonong boys malah ngomong yang kagak ngenakin hati, seraya merangsek nyari ekstra plipiran lagi, e kok ya berhasil! Ck-ck-ck-ck….! Begitulah, mereka berhasil menyela-nyela di antara rombongan kami, dan berhasil naik ke tanjakan duluan. 

Kafaroh, bukan karma
Well, it’s okay guys…. Maybe you’re proudly thinking you win, dan kalian lanjut CRan dengan attitude yang demikian, tapi ingatlah.... Perbuatan kita itu tak lepas dari hukum sebab-akibat. Kalau tidak dapat kafaroh di dunia, ya di akhirat. Kebetulan ini kok langsung di dunia, di depan mata, masih di tekape, disaksikan ama kita-kita pula. Langsung dua jip yang nyelonong tersebut kena apes: yang satu TCnya jebol…… huhuuu. Yang satunya lagi bempernya copot pas nyetrap!
Wkwkwkwkwkwkwkwkwkwkkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkkwkwkwkwkkwkwkwkkwkwk………………………………………………………………hush! Cukup!
Naudzubillahimindzalik!
Semoga kita semua dihindarkan dari hal-hal tidak terpuji seperti itu ya brosis.

Saya jadi ingat, tepat setahun yang lalu di acara yang sama, yakni anniversary [SKIn] Magelang ke-3, rombongan kami “keselipan” dua jip dari klub lain. Kami kasihan, mereka terpisah dari rombongannya yang sudah berada di depan. Mereka ini baik-baik dan sopan, kebetulan kok cuacanya teduh dan adem. Walhasil, kami pun ikhlas dan senang hati memberikan jalan duluan untuk mereka agar bisa menyusul rombongannya. Wuiiih…. Senang rasanya bisa memberikan setitik kebahagiaan kepada orang lain.

Kesimpulan:
 -Patuhi tulip
Semanis dan sewangun apapun yang terlihat di depan, jangan hiraukan. Tetap ikuti petunjuk dan instruksi yang tertulis pada tulip. Itu akan membuat kita selamat dan damai. Tidak mematuhi tulip, kita bisa menuai perkara, bahkan celaka. Selain itu, kita berarti tidak menghargai panitia, sang tuan rumah si empunya hajatan. So, jadilah tamu yang sopan.
-Sabar subur banyak sedulur
Namanya CRan, jangan terpancang ingin segera sampai depan, apa lagi tanpa menghiraukan hak orang lain. Nikmati prosesnya, semanis-pahit-asem-asin-sepetnya kondisi di trek, nikmatilah. Semua itu ada hikmahnya, ada pelajaran bermanfaatnya kalau kita mau membuka mata, telinga, hati, dan pikiran kita.
-Anda sopan, kami saaangat segan

Bhay!


~Piet~

PS: foto bemper prothol kala srapping di IG saya tersebut bukanlah milik jip yang saya ceritakan di postingan ini, itu beda lagi. Ok... :))