“Patuh”. Apa itu patuh?
Patuh itu intinya menjalankan apa yang disuruh.
“Sabaaar….” Apa itu
sabar? Sabar itu intinya menahan hasrat atau keinginan.
Ihwal patuh dan sabar merupakan topik catatan CRan saya beberapa
waktu lalu. Ada sebuah kejadian yang meninggalkan kenangan yang njelehi bercampur
konyol saat saya mengikuti CRan di kawasan Jurangjero, wilayah penambangan
pasir Gunung Merapi, Magelang, dalam rangka anniversary [SKIn]
Magelang ke-4, hari Minggu, tanggal 14 Mei 2017. Maklum ya brosis, sebagai orang sok sibuk, cerita ini baru
saya posting sekarang di bulan Juni. Whihik….
^^
Oiya, kali ini saya sengaja tidak menyertakan foto banyak-banyak.
Silakan anda berimajinasi sendiri-sendiri yess. Hehe. Anda bisa lihat
foto-foto tersebut di Instagram saya @piett12 jika anda berkenan.
Membaca tulip itu penting
Olrait. Singkat cerita, ketika start, kami barisan KJFC yang terdiri atas 30 jip, ngalir saja mengikuti rombongan-rombongan
jip klub lain yang berjalan lurus. Ternyata, kami plus mereka kesasar semua. Seharusnya
tak jauh dari titik start, kami belok
kiri, tapi kami malah lurus. Wew, tidak mengindahkan tulip. Kekeliruan ini masih diperkuat dengan adanya
orang di tepi trek yang mengarahkan kami untuk lurus. Padahal, setelah ditelisik, ternyata dia bukan
panitia. Hakkk…..!?!? Lantas
siapa? Orang lewat? Atau jin iprit“macak” panitia?
Puter balik deh….. Eh tapi puter
balik 30 jip plus-plus-plus itu
tidak semudah dan secepat puter baliknya 1 atau 2 jip. Selain jip KJFC, di depan sono ada puluhan
jip juga. Di belakang pun setidaknya ada belasan. Ditambah dengan tajamnya sorot
mentari jam 10-11 pagi menjelang siang itu, suasana jadi kian tidak nyaman.
Belum lagi, kami harus nunggu antrian yang panjang dari barisan contra-flow, yang duluan masuk ke gang kiri
itu. Lebih satu jam habis sudah hanya untuk nunggu di panasan, sambil semeter jalan-semeter stop. Keringat mengalir deras. Mood saya
pun mulai memburuk, dan saya lihat teman-teman lain pun juga iya, tapi yah…. apa boleh buat.
Salah kami sendiri, kok tidak mematuhi tulip.
Saya kasihan sama bapak ini, jadi ikutan stuck. Semoga sapi dan kambing di rumah tidak keburu kelaparan ya Pak.... |
Puter balik khatam, masalah
selesai. Kami kini dihadapkan pada masalah berikutnya yakni antrian panjang
lagi. Boring, dan panasnya minta ampun. Banyak yang stuck di depan sana. Biasaa, CR dengan peserta yang banyak memang
berisiko stuck. FYI, cuaca saat itu memang terang-benderang. Langit biru bersih
tanpa mendung memang sedap dipandang, tetapi ini membuat ganasnya sang surya bebas
menyerang kami tanpa tedeng
aling-aling. Suhu di kawasan gunung yang umumnya adem pun jadi terasa panas. Masih
mendinglah kalau ngantrinya pas dapat di bawah pohon. Kalau di area
terbuka, kabin jip seakan ruangan sauna. Fiuhh….
Panas bak di gurun, tapi keren ya pemandangannya..... ;) |
Dilarang membuat jalur baru
Tulip dalam CR kali ini memampang peringatan "DILARANG MEMBUAT JALUR BARU" in caps lock |
Kalimatnya jelas, bukan? “DILARANG MEMBUAT JALUR BARU”. Peringatan
itu tertulis pada tulip dan dengan huruf besar semua. Artinya, ini penting bro….!
We must pay attention and obey the rule
seriously. It means peserta harus
berjalan pada satu jalur yang sudah ditetapkan oleh panitia, tidak boleh
mlipir-mlipir nyari jalur lain yang tidak dilalui oleh jip-jip di depannya.
Semula saya bertanya-tanya, “Lho,
bukannya kalau kita CRan itu memang jalurnya satu itu ya, dan semua peserta
harus melaluinya dengan mengantri?” Mmmmm…… ternyata pertanyaan saya terjawab saat kami memasuki
area penambangan pasir di Kaliputih yang tanpa air itu. Karena areanya lebar,
maka peserta pada tergoda tuk melintas di kiri-kanan antrian supaya cepat
sampai ke depan sana. Dengan kata lain: “membuat jalur baru”, dan itu jelas
terlarang.
Nampak semrawut, kan? Ya gitu deh kalau tidak mau tertib |
Lantas, kenapa terlarang? Ya karena si slonong boys pemlipir “ilegal” itu bakalan ketemu
di persimpangan depan sana dengan barisan jip-jip dari jalur “legal”. Bayangin saja
brosis lagi ngantri di pom bensin, terus ada yang nyelonong mlipir-mlipir maju
sampai tiba di depan petugas pom yang hendak melayani brosis yang berada paling
depan. Ilfil, kan?
Kalau sudah begitu, trus, siapa yang berhak didahulukan? Ya jelas
yang dari jalur legal dong, tak ketinggalan beserta buntutnya yang puaaaanjaaang.
Nah, sama juga kan, di sini seharusnya si slonong boys tahu diri dan menunggu antrian hingga si buntut berlalu. Lha tapinya,
karena merasa sudah berada di depan, mereka ini merasa berhak. Tidak mau menunggu.
Maunya duluan saja. Pokoke ra mutu wis. Coba sananya yang digituin, mau kagak?
Selanjutnya, bisa ketebak deh itu. Jip-jip jalur “legal” yang
ditikung jadi merasa gusar, karena haknya terancam. Terlebih suhu panas bak di
tengah gurun itu bikin lelah body,
penat jiwa. Eh masih diperparah dengan tutur kata yang tidak mengenakkan,
alih-alih permisi baik-baik. Ujian kesabaran memang.
Coba kalau mereka bilangnya baik-baik semacam, “Permisi Om, eike mau lewat dulu karena
kebelet anu.… please Om, eike udah
gak nahaaan. Minta jalannya ya Om ganteng.” Mungkin, walaupun terpaksa, si Om
akan membiarkan mereka lewat. Lha tapi ini sebaliknya. Tidak diberi jalan
karena belum haknya, plus kagak sopan, si slonong boys malah
ngomong yang kagak ngenakin hati, seraya merangsek nyari ekstra plipiran lagi, e
kok ya berhasil! Ck-ck-ck-ck….! Begitulah, mereka berhasil menyela-nyela di
antara rombongan kami, dan berhasil naik ke tanjakan duluan.
Kafaroh, bukan karma
Well, it’s okay guys…. Maybe
you’re proudly thinking you win, dan kalian lanjut CRan dengan attitude yang demikian, tapi ingatlah.... Perbuatan kita itu tak lepas dari hukum sebab-akibat. Kalau tidak dapat
kafaroh di dunia, ya di akhirat. Kebetulan ini kok langsung di dunia, di depan
mata, masih di tekape, disaksikan ama kita-kita pula. Langsung dua jip yang
nyelonong tersebut kena apes: yang satu TCnya jebol…… huhuuu. Yang satunya lagi
bempernya copot pas nyetrap!
Wkwkwkwkwkwkwkwkwkwkkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkkwkwkwkwkkwkwkwkkwkwk………………………………………………………………hush!
Cukup!
Naudzubillahimindzalik!
Semoga kita semua
dihindarkan dari hal-hal tidak terpuji seperti itu ya brosis.
Saya jadi ingat, tepat setahun yang lalu di acara yang sama,
yakni anniversary [SKIn] Magelang
ke-3, rombongan kami “keselipan” dua jip dari klub lain. Kami kasihan, mereka
terpisah dari rombongannya yang sudah berada di depan. Mereka ini baik-baik dan
sopan, kebetulan kok cuacanya teduh dan adem. Walhasil, kami pun ikhlas dan
senang hati memberikan jalan duluan untuk mereka agar bisa menyusul
rombongannya. Wuiiih…. Senang rasanya bisa memberikan setitik kebahagiaan
kepada orang lain.
Kesimpulan:
-Patuhi tulip
Semanis dan sewangun apapun yang terlihat di depan, jangan
hiraukan. Tetap ikuti petunjuk dan instruksi yang tertulis pada tulip. Itu akan
membuat kita selamat dan damai. Tidak mematuhi tulip, kita bisa menuai perkara,
bahkan celaka. Selain itu, kita berarti tidak menghargai panitia, sang tuan
rumah si empunya hajatan. So, jadilah
tamu yang sopan.
-Sabar subur banyak sedulur
Namanya CRan, jangan terpancang
ingin segera sampai depan, apa lagi tanpa menghiraukan hak orang lain. Nikmati prosesnya,
semanis-pahit-asem-asin-sepetnya kondisi di trek, nikmatilah. Semua itu ada hikmahnya,
ada pelajaran bermanfaatnya kalau kita mau membuka mata, telinga, hati, dan pikiran
kita.
-Anda sopan, kami saaangat segan
Bhay!
~Piet~
PS: foto bemper prothol kala srapping di IG saya tersebut bukanlah milik jip yang saya ceritakan di postingan ini, itu beda lagi. Ok... :))
PS: foto bemper prothol kala srapping di IG saya tersebut bukanlah milik jip yang saya ceritakan di postingan ini, itu beda lagi. Ok... :))
Tidak ada komentar:
Posting Komentar