Minggu, 26 Juni 2016

Menikmati "Merapi Fun Adventure" dalam Rangka Ultah ke-3 SKIn Magelang


Hai, semua saja yang nyasar di blog ini..... :)
Sudah kenal dengan Gunung Merapi kan, brosis? Sebentuk kerucut vulkanik yang "dimiliki" oleh 4 kabupaten: Sleman, Klaten, Boyolali, dan Magelang itu. Saya mau berbagi cerita dolan ngejip saya di lereng sisi Magelangnya. Bersama dengan 170-an jip lain saya mengikuti sebuah acara yang bertajuk “Merapi Fun Adventure”, sebuah event ngejip country road untuk memeriahkan ulang tahun ke-3 Suzuki Katana Jimny Indonesia [SKIn] Chapter Magelang, Minggu, 22 Mei 2016.

By the way, tulisan ini sebenarnya sudah saya cicil sepulangnya dari acara, tapi kok ya tak segera kelar dan diposting. Ya, hal ini tak lain dikarenakan oleh sok sibuknya saya mburuh glidig. Beuuh, same old song! Wokeeh, telat tidak apa-apa. Lebih baik demikian daripada cuma ngendon di laptop, betul?

Oke, here we go. Berikut ini poster online/undangan terbuka dan rundown acaranya. Pendaftaran perjip Rp150 ribu. Dapat apa saja? Dapat 1 buah kaos serta sarapan dan makan siang untuk 2 orang (driver dan navigator). Selain itu, tentu saja dapat maen bareng rame-rame di lereng Gunung Merapi, dapat pengalaman dan cerita baru, dapat teman-teman baru, dan dapat hikmah baru.
       
OTW ke Magelang
Saya yang berposisi sebagai navigator dan masjo sebagai joki berangkat bersama KJFC (Katana Jimny Fans Club) tepat tengah malam *pas Suzanna lagi pesen sate 100 tusuk... hihihi*. KJFC sendiri berangkat dalam dua kloter: kloter pertama berangkat tengah malam yang terdiri atas 6 jip 4x4 dan 2 jip 4x2; dan kloter kedua berangkat besok paginya yang terdiri atas 7 jip 4x4 . Total armada 15 jip.

Kalau anda bertanya, kenapa kok ada yang berangkat pagi ada pula yang malam, itu karena menyesuaikan kebutuhan dan kesibukan. Yang pada sibuk, pada berangkat paginya. Saya dan masjo mah kebetulan sedang selo. Berlama-lama di lokasi pun tak majalah. Niatnya biar bisa mendapatkan “feel” dan bisa nge-blend dengan atmosfer acara sejak awal. 

Selain itu, saya sebagai blogger cupu pun bisa menuliskan cerita yang lebih banyak *dan tambah bikin ngantuk bacanya*. Di postingan saya yang terdahulu, saya pernah mengatakan mengapa saya menulis blog. Yup, menulis ringan berdasarkan pengalaman empiris ini saya pilih dalam upaya mencegah kepikunan.

Baiklah, saya nyeritain yang kloter malam aja y a*lha iyalah, wong saya tidak ngikut kloter pagi*. Kami berangkat malam Minggu pukul 00.00 Waktu Indonesia bagian Bantul. Perjalanan kami lalui dengan lancar jaya. Wong cuma dekat ini kok, utaranya Tempel, Sleman. Sempat berhenti sebentar di pom bensin untuk mengisi bahan bakar dan menuntaskan hasrat ke kamar kecil.

Menurut “katanya”, lokasi yang dituju itu katanya berancar-ancar tak jauh selepas gapura perbatasan DIY-Jateng, utaranya Jembatan Krasak, masuk wilayah Kecamatan Salam. Dari arah Jogja, kalau kita sudah lewat pom bensin berarti sudah kelewat. Kudu mbalik ngidul lagi.

Karena tidak ada tanda-tanda event sama sekali, seperti umbul-umbul, baliho, banner, atau plang; kami sempat agak bingung  juga. Lalu bertanya ke mas-mas yang lagi mancing di selokan, dari jalan raya masuknya lewat mana. Setelah yakin bahwa masuknya lewat jalan kecil yang ada “buk” nya itu, rombongan pun bablaslah. Eee.... baru beranjak beberapa meter, kami sudah ketemu dengan 2 jip panitia yang baru akan stand by di mulut jalan. Alhamdulillah, berarti tidak salah jalan. Kemudian kami bertegur sapa, say hi, kulonuwun kilat gitu deh; lantas terus maju menuju lokasi.

Tiba di lokasi, Balai Desa Kradenan
Dari jalan raya Jogja-Magelang itu kami masuk ke kanan sekitar 1,5 km. Menyusuri jalanan desa dan perkampungan yang semakin ke sana semakin berkabut, hawa dingin pun semakin terasa. Di kejauhan tampak umbul-umbul warna-warni. Owh, tentu di situ tempatnya. Lalu di kiri jalan, saya lihat ada sebuah balai desa yang dipenuhi jip, dan betul.... sampailah kami. 

Lokasi acara hari jadi SKIn Magelang ini bertempat di Balai Desa Kradenan, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Alhamdulillah, di balai desa.... nyicil tenang, pasti ada WC dan kamar mandinya. Sebagai wong wedok, saya jadi ekstra ayem

By the way, kalau ingat Srumbung, saya selalu ingat bahwa daerah ini termasuk KRB awan panas Gunung Merapi. Yup, kawasan rawan bencana, brosis. Benar saja, di balai desa itu tertulis “tempat evakuasi”.
Tiba di lokasi, masih tengah malam.
Lokasi balai desa yang juga merupakan Tempat Evakuasi Akhir (TEA)
Okeh... dilanjut. Tiba di lokasi, di halaman balai desa sudah terparkir banyak jip Katana Jimny, baik milik para tamu maupun milik para panitia tuan rumah. Seorang mas-mas berselimut sarung memberikan arahan tempat parkir bagi jip-jip kami yang baru datang, kemudian menyambut kedatangan kami dengan ramah sembari memperkenalkan diri. Beliau salah satu panitia tuan rumah ternyata. Namanya Mas Ajik. Kami pun berkulonuwun, berkenalan, dan berbasa-basi secukupnya.

Setelah itu, kami melakukan registrasi. Seperti yang sudah saya sebutkan di atas, biaya pendaftaran perjipnya Rp150 ribu. Kami pun mendapat satu tote bag biru muda berisi sebuah kaos warna hitam, sebuah peta tulip, sebuah stiker nomor urut event, sebuah stiker kecil, dan secarik kupon makan yang sekaligus kupon doorprize.

Melek sampai pagi
Waktu masih malam banget, pukul 01.30an. Acara utama CR-an baru akan dimulai ntar pukul 08.00. Buat tidur masih bisa kenyang banget, masih bisa mimpi yang macem-macem pokoknya. Dari ketemu mantan sampai dioyak macan. Dari megang uang segepok sampai ditimpuk kunci gembok. Sebagian dari kami malah lek-lekan ngobrol, tidak bisa tidur. Biasalah, kita dulu juga suka kayak gitu kalo tidur di rumah sepupu atau di rumah sohib sebaya. Ngobrol ngalor-ngidul nggak karuan. Sampai mata jadi sepet dan omongannya ngelantur, tidak jelas lagi, terus bablas tidur sendiri-sendiri. Ya kan? Hehe.

Saya sendiri juga moto walangen. Opo kui moto walangen? Mata rasanya membelalak terus kayak belalang tempur, tidak bisa merem babar blas. Dasarnya sejak kuliah dulu saya terbiasa melek buat nulis diary ngerjain tugas. Jadi, memang udah biasa begadang dan sering dimarahi Bang Haji.

Kami memilih duduk di teras balai desa, di atas tikar pandan yang disediakan panitia, lumayan hangat. Lumayan pula ini, kami tidak perlu repot-repot ngeluarin karpet dan tikar dari dalam jip. Panitia pun tampak prepare dan very welcome, dengan menyediakan teh manis hangat dalam wadah jumbo yang bisa diambil prasmanan. Gelas-gelas plastik sekali pakai pun telah disediakan.

Teh hangat itu pun mengaliri kerongkongan saya, lalu berasa hangat di lambung. Jadilah malam itu kami lewati dengan nggedebus dan poyok-poyokan. Gojek kere a la rakyat jelata. Kabut tipis yang turun membuat satu dua orang itu mengambil jaket dan mengenakannya. Di badan saya sendiri, hawa malam itu belum mampu membuat saya membeku kedinginan. Biasa saja, sejuk nyaman saja. Dasarnya saya ini tipikal orang yang gampang sumuk. Jaket yang saya bawa pun menganggur hingga saya pulang.

Saya tengok ke dalam balai desa. Sejumlah orang yang telah datang duluan sebelum kami tampak sudah berbaring, rata-rata berselimutkan sarung. Entah sudah terlelap dalam mimpinya atau sekedar tidur-tidur ayam.

Di halaman balai desa, sejumlah jip tarus berdatangan malam itu dan jumlahnya semakin banyak saja. Rata-rata mereka berasal dari SKIn Pengda Jawa Tengah. Ada pula yang berasal dari klub jip di luar SKIn, dan heiii.... ada Daihatsu Ayla! Dia datang bersama dengan satu rombongan jip. Mungkin dia sekedar meramaikan acara saja, atau difungsikan sebagai mobil support logistik team.

Semakin banyak yang datang, semakin banyak pula yang mengakses kamar mandi yang berada tak jauh dari tempat duduk-duduk kami. Aroma “semerbak” pun tak henti-hentinya menyeruak, hingga saya memutuskan untuk pintong, pindah tempat nongkrong *kata Pak Bondan*, masuk ke dalam jip saja sambil menunggu adzan Subuh.

Dekat masjid
Satu hal yang membikin saya sebagai orang Muslim tenang adalah lokasi acara yang dekat dengan masjid, brosis. Hanya 150 meteran dari lapangan. Saya dan masjo cukup berjalan kaki melewati rumah-rumah penduduk, kebun salak, dan dua belokan, sampailah kami di mesjid yang arah suara adzannya kami tracking itu. Masjidnya sedang dalam proses renovasi. Kamar mandinya tidak berlampu dan tidak berkunci pintu, sempit bingit, tapi lumayanlah, airnya mengalir lancar.

Kalau ditanya, apakah saya mandi di situ? Ow, tentu tidak! Dalam suhu yang sejuk seperti ini,  pertumbuhan kuman di badan saya lambat kok. Hehehe. Saya masih merasa fresh dan bersih-bersih aja. Jejak-jejak mandi tadi sore masih terasa. Jadi, saya cuma sikatan, ganti baju, dan solat Subuh. Habis itu, balik ke lapangan... eh ke jip maksudnya. Lapangan pun sudah bertambah ramai.
Pagi tiba. Lokasi bertambah ramai.
Ngopi dan dihampiri tuan rumah
Bekal yang saya persiapkan dari rumah cukup banyak, nyaris dua kotak peluru PT Pindad. Ada mi instan, bubur instan, gula pasir, teh seduh, kopi item asli Pontianak, kopi mix instan, kopi susu kental manis instan, wedang jahe instan, dan tentu saja kompor portable beserta panci mini. Kami pun duduk-duduk memasak air dan minum minuman hangat itu sambil duduk-duduk dikelilingi jip-jip.
Nyantai di antara jip-jip.
Ngeteh-ngopi-njahe-nggedebus.
Ada yang berminat bikin mi instan Indomie seleraku, tapi saya tidak sempat membawa mangkok sekali pakai. Pikir saya, semua awak jip tentu sudah membawa sejenis Tupperware masing-masing seperti pada acara CR-CR-an biasanya. Mosok sih saya pinjemin Tupperware pink dan sendok merah punya saya? Atau, mosok mau diwadahi tangan. Yaah, gagal ngindomie deh do'i. Hiks...

Sekitar pukul 07.00 kloter kedua KJFC tiba. Wah, suasana langsung bertambah rame. Kopi, teh, dan jahe instan yang saya bawa pun laris manis menemani kegaduhan pagi itu. Biasaaa.... poyok-poyokan, seperti yang tadi malam itu deh. Ah, bapak-bapak itu, kalau sudah ngumpul, seperti lupa saja kalau mereka sudah punya anak-bini. Hehehe. Yang penting heppiiii :D
Entah ngetawain apa....
Mendulang dedek
Di tengah-tengah obrolan dan gojekan, dua orang perwakilan tuan rumah datang menghampiri untuk "ngaruhke" dan "manggakke". Selanjutya berbasa-basi. Saya pribadi sangat menghargai hal ini. Sebentuk kepedulian dan respek tuan rumah terhadap tamunya. Tadi malam diarahkan parkir dan disapa oleh tuan rumahnya saja kami sudah senang kok. Terlebih lagi di pagi ini, dikaruhke dan diramah-tamahi oleh ketua klubnya. Itu sangat membahagiakan. Hehe... memang betul, bangsa Indonesia itu bangsa yang terkenal ramah-tamah ya, brosis.
Tuan rumah menghampiri dan menyalami.
Ramah-tamah sejenak dengan tuan rumah.
Sarapan
Setelah beramah-tamah dengan tuan rumah, tiba-tiba sebuah mobil penuh dus putih melintas pelan di jalan di depan kami, lalu memasuki lokasi. Aha! Mobil katering. Kita bisa sarapan dong sebentar lagi. Haha... tidak usah repot bikin mi tanpa mangkok. Dan benar saja, tak lama setelah itu, ketua rombongan datang dengan membawa beberapa tumpuk nasi dus. Asyiiiik, sarapan... sarapan. Gendang gendut tali kecapi, kenyang perut, senanglah hati.
Tiga gepok nasi kotak siap dibagikan
Bagi-bagi ransum
Mari nyarap, bro....
Start CR
Pukul 08.00, masih banyak jip yang berdatangan dan melakukan registrasi. Lapangan balai desa sudah tidak muat lagi menampung parkir. Jip-jip tersebut pada parkir di tepi jalan di sekitar balai desa. 
Berfoto dulu sebelum CR-an
Pukul 08 lebih sedikit, panitia mengumumkan briefing peserta untuk CR yang akan dimulai sebentar lagi. Masjo dan teman-teman lainnya pun mengikutinya. Saya pun mempersiapkan diri. Sepatu trekking segera saya kenakan supaya nanti kaki saya tidak kenapa-kenapa di gunung sana. Selanjutnya, foto dulu ah.... hehe.
Potoh dengan para emak.
Tak cumak atuk. Duah potoh dunkz.... :D
Sekitar pukul 08.30 CR-an dimulai. Molor 1,5 jam dari jadwal yang tertera di poster, molor 30 menit dari rundown acara. Bagi saya sih tak mengapa, wajar, dan masih pagi juga. Jip saya dan rombongan KJFC menempati posisi depan, walau tidak paling depan.
Ada yang wira-wiri. Ada yang nempelin stiker.
Saya lihat di belakang sana. Banyak juga pesertanya. Ada yang 4x4, ada yang 4x2. Kalau tidak salah dengar, total ada 178 jip. CMIIW ya, gaes.

Jip-jip kami berbaris, siap CR-an.
Perjalanan menuju lereng merapi itu dimulai dengan menyusuri jalan-jalan kampung yang di sekitarnya banyak terdapat kebun salak pondok. Sejumlah panitia tampak sibuk mengatur kelancaran arus lalu-lintas. Ada pula panitia yang sibuk memvideokan acara, membuat dokumentasi still photo, dan ada yang berjaga di trek-trek ber-handycap. Good job! dan saya pikir mereka telah mempersiapkan acara dengan baik.

Suasana jalan di depan balai desa menjelang start CR.
Panjang trek CR ini seluruhnya sekitar 23 km, dan sesuai dengan tajuk acaranya yang “Fun Adventure” itu, CR ini memang terasa menyenangkan. Selain 4x2 friendly, hawa udaranya juga sejuk. Badan jadi tidak cepat lelah, tidak mudah kecut karena keringetan juga. Hihi... bilang aja ogah mandi.
Memvideokan acara
Mulai berangkat CR-an. Tumpukan pasir itu bak replika Gunung Merapi, gunung yang akan kita datangi :)
Lewat aspalan dulu
Perjalanan CR dimulai dengan melalui desa-desa sekitar. Jalanan aspal halus dan aspal lepas pun mengawali CR-an. Banyak kebun salak pondoh saya lihat di kiri-kanan jalan.

CR-an baru dimulai, melewati jalan aspal dan kebun salak pondoh.
Melewati jembatan.
Sampai di pertigaan, belok ke kanan ke arah waterboom.
Trek tanjakan waterboom
 Arak-arakan jip tiba-tiba terhenti. Saya melongok ke depan. Ow, ada tempat wisata air ternyata. Sebuah waterboom. Brrrrr..... airnya tentulah dingin. Masih pagi, pengunjungnya belum banyak. Lalu, apa yang membuat macet di depan sana? 
Menara waterboom

Suasana di sebelah waterboom. Ramai, ngantri tanjakan.
Kepo, maka turunlah saya dari jip. Ah, ini dia! “Let’s rock!”, kata Duke Nukem. Sebuah tanjakan tanah yang khusus untuk 4x4. Jip-jip harus melaluinya satu demi satu, mode ngantri on.

Jip saya beraksi. Nanjak lurus, langsung patah ke kanan.
Tanjakan tanah itu cukup tegak; dan saat mencapai ujung, jip harus segera putar setir ke kanan pol; karena kalau tidak, kalau jip lurus terus, dia akan terjun ke parkiran cor blok yang dalam, terhempas, dan mungkin akan klontang.
Puncak tanjakan, bersemen.
Puncak tanjakan, tampak dari depan. Jip harus langsung belok ke kanan, atau akan terjun bebas melampaui tanggul di depannya.
Ngetrail.
Sebenarnya saya penasaran kayak apa sih naik jip di tanjakan itu, tapi kalau saya ikut naik, saya akan kehilangan momen untuk dijepret. Yo wis, saya milih di bawah aja, jeprat-jepret aksi jip sok-sok’an jadi fotografer sport. 

Beberapa jip tampak tidak mampu melewati handycap tersebut. Ada yang dikarenakan oleh kurang tenaga sehingga harus mlipir lewat jalur 4x2; ada yang karena overloaded, sehingga penumpangnya harus dikurangi terlebih dahulu; ada yang kurang ancang-ancang; ada pula yang kurang perhitungan saja. Saya yang jadi penonton pun merasakan "seru-seru cemas". Seru, karena melihat jip-jip berhasil menaklukkan tantangan. Cemas, karena takut ada jip yang gagal, tidak kuat, atau klontang. Alhamdulillah, tidak ada satu pun yang celaka. At least selama saya berada di situ.
Keseruan pun terjadi di tanjakan 4x2. Jip-jip 4x2 harus ngembat dari bawah supaya bisa lolos dari tanjakan.
Lantas, jip 4x2 nya bagaimana? Panitianya baik hati kok. Mereka sudah menyediakan trek 4x2 di sebelah kanannya, berupa tanjakan juga namun lebih ringan. Jip 4x4 yang kondisinya kurang prima pun bisa mlipir lewat jalur tersebut.
Jip putih 4x4 ini sudah mencoba naik di trek 4x4, tetapi gagal, lalu mlipir ke trek 4x2. Tak masalah, yang penting aman dan hepiiii :))
Ayla offroad
Dari tanjakan, jip kami sempat re-grouping dulu di tempat yang mirip area parkir. Sepertinya ini semacam area untuk menikmati pemandangan alam, karena landscape jurang di bawah sana memang lumayan indah untuk dinikmati.  
Rombongan lain klub
Rombongan KJFC kiri, rombongan klub lain kanan; ketemu dan maen bareng.
Awww... sunblock saya meleleh. Berteduh dulu ah.... ngeyup :D
Dan hahaiiii.... si Daihatsu Ayla yang tadi malam tiba itu, beneran ikut ngoprut. Edyan! Tidak eman-eman kah? Ah, mungkin si empunya punya banyak serep mobil, tidak masalah kalau Aylanya remuk. Hehe.... 
Ayla itu ditarik naik dari tanjakan.
Perasaan saya gado-gado, di antara geli lucu, takjub, bingung, dan tidak sreg. Geli lucu, karena sepertinya si empunya mobil sedang ngelawak. Saya saja sambil mengulum senyum ketika men-snapshot-nya. Kebetulan dia munculnya mendadak, pas saya baru fokus ke jip lain. Hehehe... lucu tenan, ono Ayla kok melu oprutan. Takjub, karena melihat mobil mungil-ceper itu berani ngoffroad, hebat betul. Out of the box. Lateral thinking! Bingung, karena memikirkan apa yang ada di dalam benak si empunya. Apa sih maksud dan tujuannya, kok ngoffroad pakai Ayla. Maksute ki opo to? Tidak sreg, karena si Ayla tentu akan kesulitan berjalan, sering stuck, bahkan mungkin di-strap terus-terusan yang bisa menghambat perjalanan barisan jip di belakangnya, sehingga akan mengganggu kelancaran acara CR. Belum lagi masalah safety, apa yang akan terjadi nanti jika city car itu klontang? Terlebih, saya lihat ada penumpang anak balitanya. Waah, bahaya dobel itu.
Si Ayla ditarik  sampai ke parkiran.
Sekedar mbatin saja, kok bisa mobil nonjip ikut CR? Apakah panitia mengizinkannya, ataukah kecolongan? Itu opini saya. Saya tidak tahu, bagaimana opini jip-jip lain yang berada di barisan belakangnya. Masih buanyak banget lho, arak-arakannya masih paaaanjang. Terutama untuk rombongan jip yang tepat berada di belakangnya. Apakah senang karena terhibur menonton dagelan dan atraksi langka bin ajaib itu? Apakah manyun, grundelan, atau gimana; karena jalurnya jadi terhambat? Saya tidak tahu, saya tidak sempat tanya-tanya apalagi wawancara.

Memang, di dunia ini kadang muncul hal-hal yang aneh tapi nyata. Ada orang datang ke kondangan njagong manten pakai baju olah raga, lengkap dengan jaket parasut dan sepatu ketsnya. Salam olah raga! Ada orang jualan sepatu, keliling kota panas-panasan membawa gembolan besar di pundaknya, eee... pakaiannya kemeja putih lengan panjang dan berdasi pula. Ada pula anak SMP pergi ke sekolah pakai rok setinggi paha dan bergincu menor. Eitt... itu sih di sinetron. Sinetron picisan yang sukses merusak kelakuan dan mental anak bangsa itu, kok ya laku ya?

Eniwei, saya belum pernah melihat pak tani macul di sawah pakai baju beskap dan selop buat kondangan, tapi sering melihat mereka pakai batik Korpri. Hahahaha.... lucu bin ajaib.... dan kalau Pak Menpan melihat mereka, mungkin beliau bakal geleng-geleng kepala ya. Saluut, PNS-nya pada rajin-rajin turun ke sawah, turut menyukseskan swasembada beras :))

Menghirup udara segar lereng Merapi
Baru seru-serunya motretin jip-jip yang jumping di tanjakan, tau-tau masjo ngode saya untuk segera naik ke jip. Perjalanan pun dilanjutkan. 
Cabut dari area waterboom menuju hutan.

Masjo bilang, kita harus bergegas cabut supaya jip-jip kita tidak berada di belakang si Ayla itu. Bisa repot nanti, jalan kita bakalan terhambat. Oooo.... Ya, betul itu.
Kalau anda melihat tanda pita lorek kuning-hitam itu, berarti anda tidak tersesat.

Yang saya suka dari CR-an pun tiba: masuk ke alam lepas dan menikmati udara segar. Trek di lereng Merapi bagian Kecamatan Srumbung ini menawarkan pemandangan yang menyenangkan mata. Apalagi bagi saya yang suka masak, karena banyak kebun sayur-mayur segarnya. Pingin rasanya metik walaupun cuma satu genggam. Ya iyalah, mosok satu karung, manen itu. Kalau metik tanpa izin, ya nyolong itu, meskipun itu sekedar satu buah cabe keriting. Tapi tenang.... i didn’t do it at all. Amaaan, amaan.
Masuk hutan Merapi. Adem....
Bersyukur banget saya tinggal di Indonesia; sebuah “surga tropis” kata orang Belanda. Kita punya alam yang sangat indah dan lengkap. Mau CR-an di medan macam apapun, kita punya.

Ketemu dengan cabe keriting dan cabe rawit. Hmmm... jadi ingat bakwan.
Menyimpang dari topik, dulu sewaktu masih SD saya tidak ngeh, kenapa kok Belanda menjajah kita, dan lama banget, 3,5 abad. Ternyata di negeri mereka, gunung saja tidak ada! Hah? Iya, negeri mereka cuma sehamparan tanah yang flat. Apalagi candi-candi, flora-fauna yang beraneka rupa, juga budaya bangsa yang eksotik ini, aneka barag tambang, mereka tidak punya! Luas negara mereka bahkan tidak lebih besar daripada Provinsi Jawa Timur. Ya, wajar saja kalau mereka ngiler sengiler-ngilernya begitu melihat keelokan Nusantara yang kaya-raya ini. Dengan menjajah, semuanya itu bisa mereka keruk untuk memperkaya diri mereka. Saya tidak heran kalau sekarang mereka maju dan makmur, itu karena andil limpahan kekayaan kita yang 350 tahun lamanya mereka garong. Gilak! Republik Indonesia tercinta saja baru berdiri selama 75 tahun. Eww.... 1/4nya saja belum ada. Kita masih kalah lama dalam mengambil dan memanfaatkan kekayaan di dalam rumah kita sendiri.
Hijau dan indahnya hutan kita. Kita harus mensyukurinya. Teman Instagram saya yang orang Arab saja sampai "ngiri". Kata dia, "I wish we had beautiful jungles like yours."
Hehe. Cukup sekian kuliah sejarahnya yak :) Ayo kita CR-an lagi!
Di tengah hijaunya alam.
Squad 4x2
Mari kembali ke trek. Saya lihat ke belakang. Di belakang barisan jip yang serombongan dengan saya kok selalu kosong? Tidak tampak jip-jip lain yang menyambung. Padahal kami sudah berkali-kali berhenti untuk ngantri trek. Kok rombongan belakang belum kelihatan juga. Arak-arakan sudah terputus sejak ketemu Ayla *Rohali* di waterboom. Hmmm... barangkali benar apa yang dikatakan masjo tadi. Untunglah kami segera cabut mendahuluinya.
Di belakang jip merah hati itu habis jipnya... rombongan besar terputus.
Ngantri trek. Maen panjat-panjatan dulu...
Variasi trek
Secara singkat, seingat saya, gambaran jalur CR yang dilewati mulai dari titik kumpul balai desa sampai ke titik kumpul lagi adalah:
Balai desa__desa dan kebun salak__tanjakan waterboom__hutan__kebun sayuran__tanjakan becek__kebun sayuran dan hutan lagi__tanjakan tanah yang panjang dan menikung ke kiri__mlipir jurang__masuk hutan lagi__kebun tebu__lumpur__paving batu__sungai kecil__desa dan kebun salak__balai desa.
Nuansa merah di tengah hijaunya alam.
Bertemu dengan jalan becek di tengah kebun sayuran. Mungkin ada pipa air warga yang bocor.
Seorang ibu-ibu tuan rumah turut serta berjaga di ujung trek tanjakan.
Si Jangkrik bersiap-siap ngetrek di tanjakan. 2 orang panitia tampak berjaga di bawah tanjakan untuk mengatur antrian.
Jangkrik LJ80 standar melahap tanjakan panjang. Sampai di ujung, mobil harus langsung belok ke kiri.


Trek sempit diapit bukit dan jurang.
Ketemu dengan kebun tanaman tomat yang masih hijau. Kalau ini sih enaknya dibikin sambal cibiuk :)

Berada di tengah tanaman tebu yang sedang berbunga putih. *BTW, dahulu di jaman Belanda, dengan sistem Tanam Paksa, komoditi ini sungguh berhasil membuat mereka kaya-raya namun rakyat kita jadi sengsara.*
Jip sempat melewati trek lumpur yang agak panjang.  Asyik.... licin-licin lethek; tapi tidak sulit kok, wong lumpurnya tidak tebal. Tetap 4x2 friendly. Lumpur yang menempel di ban jip saya saya amati setelah mengering, kok warnanya keputih-putihan ya? Biasanya hitam je. Oh, ya, ini kan volcano yang aktif mengeluarkan material. Jadi, kayaknya ini lumpur bercampur abu vulkanik dari erupsi Merapi. Wujudnya serupa dengan abu Merapi dan Kelud yang menghujani Jogja pada tahun 2010 dan 2014 lalu. Heh... sotoynya saya ^^.

Sebentuk kebahagiaan kecil dalam kubangan lumpur.
Variasi trek CR berupa tanah, bebatuan kecil, rumput, perdu, ilalang, lumpur tipis, sungai kecil, tanjakan tanah agak berbatu; yang kesemuanya tidak membutuhkan effort besar bagi jip 4x4. Duke Nukem bilang, “Yeah, piece of cake!”; namun untuk jip-jip 4x2, Duke berteriak, “Let’s rock!”. Para joki 4x2 bisa lebih merasakan mengalirnya adrenalin.
Ketemu dengan batu vulkanik sebesar kerbau.
Pemandangan alam yang saya lihat berupa kebun bambu, hutan kecil, sungai kecil berair bening, bukit-bukit, jurang, kebun sayuran, kebun tebu yang berbunga putih cantik, dan kebun salak. Di penghujung trek alam, saya melihat sebentuk bangunan rumah papan yang diperuntukkan sebagai pos atau markas Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM).

Asyiiik.... lewat sungai!
Berkecipak-kecipuk di air dingin.
Selanjutnya, treknya menurun terus ke arah desa. Pohon salak pun mendominasi pemandangan. Ahaii.... jip-jip di depan pada berhenti membeli salak warga. Saya pun ikutan, tidak ingin melewatkan momen ini. Mumpung di Srumbung, belilah saya 4 kg salak Srumbung yang baru dipanen dari pohon itu. Hehe. Harganya? Rp15 ribu untuk 2 kg salak fresh from the pohons. Kulitnya saja masih basah oleh humus dan tanah. Rasanya? Manis dan renyah. And now, i really miss it.
Memasuki pedesaan lagi.
Perjalanan dilanjutkan menuju titik kumpul balai desa. Rombongan besar sudah benar-benar tercerai-berai. Ketika sampai di persimpangan jalan, joki jip di depan saya turun dan nanya arah ke orang di pinggir jalan. Hihihi. Bukannya udah ada tulip, Om?

Tiba lagi di balai desa
Secara keseluruhan, CR-an ini really really fun. Ada beberapa trek yang memang harus diantri satu-persatu, tetapi relatif mudah. Jip 4x2 bisa lewat. Trek tersulit adalah di tanjakan waterboom tadi. Eh iya, bagaimana dengan si Ayla, apakah dia digeret-geret sepanjang jalan, ataukah mlipir mencari jalan pintas? Tak tahulah saya.

Sesampai di balai desa, waktu sudah pukul 13.00 an. Tidak terasa ya, CR-an tadi sudah memakan waktu 4,5 jam. Saya dan masjo berjalan kaki ke masjid untuk solat Dzuhur. Tenang rasanya, kewajiban rutin sebagai hamba telah tertunaikan di siang itu. 

Setelah solat, saya bisa tenang menikmati makan siang yang disediakan oleh panitia. Makannya pun diiringi oleh suara dangdutan yang keras dari dalam balai desa. Saya mencoba untuk tidak kesetrum, makan sambil manggut-manggut. Aje gileee... Wkwkwk. Beberapa orang ibu-ibu dan anak-anak lokal tampak melongok ke dalam balai, penasaran.... penyanyinya kayak apa sih. Hihihi.

Diselingi dangdutan, panitia membacakan nomor yang beruntung mendapatkan doorprize. Prize-nya pakai “z” lho ya, bukan pakai “c” . Hihihi. Saya lihat, ada teman KJFC yang mendapatkan kaos, oli, dan dispenser. Lumayan, bro. Lha saya sendiri untuk undi-undian begini kok tidak pernah hoki ya. Bhihiks.

Beli cilok dan pulang.....
Seperti dolan-dolan saya lainnya, biasanya saya selalu kepingin mbakso atau ngemi ayam yang pedes, dimakan panas-panas. Di badan saya, kuliner kegemaran yang murah meriah asli Cina ini membuat badan kembali sumringah dan bersemangat lagi. Hehee.

Tak ada rotan, akar pun jadilah. Tak ada bakso atau mi ayam, bakso cilok pun jadilah. Di pojokan lapangan ada bakul bakso cilok yang ramai dirubung peserta. Tidak hanya anak-anak kecil, orang dewasa pun turut membelinya. Saya pun ikutan dong, hehe. Bakulnya bapak-bapak setengah baya yang ramah dan murah senyum. Ciloknya pakai kuah yang panas dan seger seperti dambaan saya. Ditambah bawang merah goreng, sambal, kecap, dan saos *saos murahan yang ingredients-nya really tidak jelas itu, tapi tetap sedap kok, xixixi * duuhh.... nyam.... nyamm. Brosis silahkan membayangkan saja ya, hahaha.
Bakso cilok enak dan sueger itu.
Pingin nambah sebenarnya, tetapi ternyata rombongan sudah bersiap untuk pulang. Weh.... gagal nambah. Hiks :(

Setelah berpamitan kepada tuan rumah, kami pun segera “gass” pulang. Hujan pun turun dengan derasnya mengiringi kepulangan kami. Bapak bakul cilok masih bertahan anteng di atas sepeda motornya yang berpayung besar. Kreatif juga bapak ini. Ya, ibu menteri pernah bilang bahwa dari sononya orang Indonesia itu sudah memiliki gen kreatif yang kental.

Dan.... cilok kuah pedas itu ibarat salam perpisahan saya pada Balai Desa Kradenan.

Kesimpulan dolan saya di acara Merapi Fun Adventure [SKIn] Magelang 3rd Anniversary ini:
+ fun, asyik
+ fresh air
+ pemandangannya indah
+ panitianya ramah, welcome, dan well prepared
+ air tersedia melimpah
+ ibadah lancar
+ cilok kuah enak, pingin beli lagi ntar kalo ketemu :D
- city car ikutan CR

Sekian cerita saya kali ini. Kalau ada jarum yang patah, jangan disimpan di dalam peti. Kalau ada silap dan salah, jangan disimpan di dalam hati. Hehe... maafin ane yee. Wassalam.

~PIET~

Update 29 Juli 2016
Teman saya mengirimi saya gambar yang ia foto dari koran Kedaulatan Rakyat (KR), sembari nanya, "Ikut acara ini nggak, Bu? Di Magelang itu." Hihi.... "Ikut duong," jawab saya.
Dimuat di KR :)