Merawat Jimny: Spooring-Balancing
Helluuuuw.....
Jimny semi offroad di-spooring-balancing? Ah! Kayak
mobil kenceng aja! Seorang teman jip bahkan dengan nada berolok-olok, ngetawain
dan nyeletuk, “Kayak Xenia-Avanza aja, pake di-spooring-balancing, hahaa!” Betuuul, itulah yang sempat terpikir
oleh saya dan masjo pada awalnya, namun pemikiran itu ternyata keliru. Maka
dari itu, saya rasa saya perlu membagikan pengalaman kami ini kepada anda semua yang
nyasar di blog ini. Hehe.
Brosis sudah
pernah dengar istilah “spooring dan balancing” dong ya? Para broda mungkin sudah sering dengar atau
malah hapal. Gimana dengan para sista? Kalau anda belum tahu? Sama! Saya juga
baru belajar, dikit-dikit ngepoin, biar agak tahu. Hehe.
Secara simpel, tempo
hari dan dahulu kala, saya tahunya ini soal membuat mobil jadi stabil saat
dikendarai. Lha soal teknik pelaksanaannya bagaimana, saya belum mengerti. Entah
diapain atau digimanain, saya au ah gelap. Maka dari itu, ketika masjo
berencana mau mbengkelin Jimny kesayangan untuk di-spooring-balancing, saya langsung ndaftar ikut. Biar mudeng, biar
tambah wawasan, dan biar nyambung kalo dengerin obrolan para pria.... bwahahak *___*
Apa sih spooring-balancing itu?
Setahu saya, spooring-balancing merupakan aktivitas mekanik
dalam dunia otomotif yang bertujuan untuk menyeimbangkan kaki-kaki mobil
terhadap badannya, agar mobil dapat berjalan dengan stabil. Tidak seperti mobil
baru yang masih bagus semua lininya, masih enak jalannya; mobil lama terkadang
harus menghajar jalanan yang buruk dengan kecepatan tinggi, atau melewati medan
offroad yang membuat kaki-kakinya harus enjlok-enjlokan,
mbanting pontang-panting. Sesempit wawasan saya yang kaum hawa ini, hal
tersebutlah yang menjadi penyebab mayor ketidakstabilan jalannya mobil. Untuk
itulah, setiap 20.000 km, atau 10.000 km, atau berapa KMlah, mobil perlu di-spooring-balancing agar jalannya lurus
kembali, tidak kayak Drunken Master hehe... Correct
me if i am wrong ya gaes...
Baidewei, istilah “spooring” ini tidak saya temukan di dalam
kamus english daring, pun di dalam kamus bahasa indonesia. Kayaknya, ini berasal dari bahasa
Belanda “spoor” deh. *sotoy ya, hihi....* Hmmm betul tidak ya? Yang jelas, bukan dari boso jowo, walaupun
dalam boso jowo yang diadaptasi dari boso londo, ada kata “sepur” yang artinya
kereta api. Spooring di sini ndakdo
hubungannyo samo kereto apo, eh kereto api, ahihihi.
Adapun “balancing” di dalam kamus english,
diartikan sebagai upaya menjaga keseimbangan/membuat seimbang; asal katanya
“balance”. So, dua kata “spooring” dan “balancing” ini tampaknya merupakan ‘perkawinan silang’ antara
bahasa londo dan inggris. Ibarat kate, asam di gunung garam di laut bertemu
dalam satu belanga. Hahaha.... jadi keinget sama lagu dangdernya Ona Sutra.
Entah siapa yang ngawinin dan gimana sejarahnya, kok istilah ini bisa muncul di
seantero negeri kita tercinta ini. Para londo yang lagi piknik itu mungkin juga
bingung, mengerutkan dahi, dan mengangkat bahu bilamana melihat tulisan
tersebut di pinggir jalan. Iki artine opo to, Basyir? Lha embuh, Bang
Mandor.... Tekono Sembara kae! Hak hak haakkk....
![]() |
Definisi yang saya dapatkan di map yang berisi hasil pengecekan jip saya dari Setiawan Spooring-Balancing |
Apa permasalahan Jimny saya?
Oke, brosis, jadi
ceritanya begini. Beberapa waktu
yang lalu masjo mengamati ban depan jip kami yang mulai gundul itu. Ban depan sudah
gundul duluan, sementara ban belakang masih cukup tebal. Oke, itu wajar. Lha
tapi kok sisi dalamnya lebih aus dibandingkan dengan sisi luarnya ya? Hmmm...
tentu ada yang salah ini. Wajarnya kan halusnya berbarengan, adil merata
begitu. Ibarat orang berjalan kaki, cara berjalankaki jip kami ini berbasis huruf "V".
![]() |
See? Habisnya ban tidak merata, sisi dalam duluan, sisi luar belakangan |
Nah, puncaknya, kemarin
di H+3 Lebaran, jip kami kendarai di Jalan Daendels ke arah Pantai Glagah
Kulonprogo yang lurus dan mulus itu, speedometer menunjukkan 80km/jam. Itu
adalah angka yang besar bagi jip ‘berlagak’ offroad ber-ground clearance tinggi milik kami. Saya yang berposisi sebagai kenek
merasakan laju jip gleyat-gleyot ke kanan ke kiri begitu. Rasanya tidak stabil,
liar. Masjo berusaha menghapus kecemasan saya *dan kecemasan dia juga* dengan mengatakan,
“Ah, biasa itu, Jimkat dibuat berjalan banter, ya tentulah tidak stabil.”
Memang sih, saya
sering mendengar hal tersebut. Pernah nonton video daring juga bahwa
Jimny-Katana itu tidak stabil untuk ngebut di jalan raya. Cuma, kok kali ini tidak
stabilnya liar, bak lenggok si ular, lari ke kanan-kiri di luar kendali.
Dulu jip kami
pernah mengalami hal semacam ini sewaktu sok-sokan ngebut di tol Bawen, Semarang. Aneh, goyang
dombret. Setelah itu, beberapa waktu kemudian dibawa ngoffroad, CR-an. Namanya
saja CR-an, tentulah berjalan pelan-pelan karena jalanannya tidak semulus
aspalan. Pas berjalan di sebuah turunan di kawasan Merapi, saya perhatikan dari
bawah turunan, roda jip kok berjalan gleyat-gleyot aneh begitu, serasa mau pada
copot. Wedew, ngeri dong kalau terjadi demikian. Jadi teringat film Dono-Kasino.
Setelah ditanyakan
kepada ahlinya, seorang offroader yang juga buka bengkel; ternyata “lengen
gareng”atau tie rod-nya sudah rusak,
minta diganti. Dan benar saja, setelah diganti, jip berjalan dengan lurus dan
stabil kembali.
![]() |
Long tie rod, bagian dari lengen gareng, dan lengen masjo yang memeganginya :D |
FYI, jip saya ini rasio gardannya
8/41 yang termasuk berkategori low. Lha kenapa kok milih yang low? Kan bikin larinya nggak kenceng? Iya,
do'i memang sengaja diseting untuk tidak ngebut di jalan raya kok, tetapi untuk bisa nggremet
di tanjakan dan medan-medan jelek. Konsep berkendara kami kan simpel: biar lambat asal selamat; mengambil falsafah keong atau kura-kura. Hehee...
Kembali ke atas,
ke spooring-balancing itu. Dari pengalaman di Jalan
Daendels itu, masjo bergoogling lah. Selanjutnya didapatlah
sejumlah jawaban yang intinya: jip kami memerlukan spooring dan balancing.
Haiyah! Apa iya, jip yang jalannya pelan kayak keong dan suka diajak main di
kebon kok butuh di-spooring balancing
segala. Pikir saya waktu itu, kalau itu mobil on-road sih wajar, karena mereka butuh kestabilan saat dipacu
dengan kecepatan tinggi di jalan raya. Lha ternyata? Mau on-road atau off-road,
dibawa ngebut atau pelan; jika jip sudah terasa tidak stabil berarti butuh
distabilkan. Jika tidak ada masalah dengan komponen kaki-kaki, maka jip butuh spooring-balancing. Begitulah
kesimpulannya, dan selama kami memilikinya, jip ini memang belum pernah di-spooring-balancing.
Ke bengkel spooring balancing
Singkat kata
seingkat cerita, meluncurlah kami menuju bengkel spooring-balancing terdekat. Ternyata tutup pemirsa. Hew.... Mungkin
mereka masih libur lebaran. Terus cabut, mencari-cari, dan akhirnya ketemu
bengkel yang sudah buka. Alhamdulillah....
Oiya, semua foto
di sini saya buat dengan kamera hape Lenovo, bukan kamera DSLR. Jadi, mohon
dimaklumi kalau gambarnya banyak yang tidak jelas ya, hihiii.
Juga, perlu brosis semua pahami bahwa postingan ini tidak dibayar oleh siapapun, bukan supported by siapapun. Ini murni
pengalaman saya yang saya tulis dan bagikan saja. Semoga ada sejimpit manfaat
bagi semua yang baca. Okeey, mari cekidot.
![]() |
Masuk bengkel |
![]() |
Komputer dan perangkat lainnya |
![]() |
Platform tempat mobil di-spooring |
![]() |
Menempatkan diri di platform |
![]() |
Platform dinaikkan |
Kami dan mas
montir selanjutnya ngobrol bla bla bla, termasuk nanya-nanya tarif. Hah, yang
terakhir ini tidak kalah penting brosis, masalah tarif. Setahu saya, untuk roda Jimny kami yang masuk kategori berukuran besar ini, tarifnya lebih mahal daripada
roda sedan standar misalnya. Satu rodanya kami merogoh kocek Rp60 ribu.
Seorang mbak-mbak karyawan
mendekat untuk menanyakan dan mancatat data teknis kendaraan, juga jenis
pelayanan yang kami inginkan. Saya menyimak biar tahu permasalahan dan
solusinya.
Wokeh.... akhirnya
jip Jimny kami pun ditangani. Proses spooring pun dimulai.
Setelah spooring, mari kita mulai proses balancing-nya.
![]() |
Bannya dicopot |
![]() |
Ban dipasang pada sebuah alat pemutar |
![]() |
Ban diputar untuk dideteksi penyimpangan keseimbangannya |
![]() |
Pembacaan hasil putaran ban di komputer oleh mas montir. Roda yang tidak seimbang perlu diseimbangkan dengan ditempeli secuil timah pada pelegnya. |
![]() |
Mendiskusikan hasil spooring-balancing |
![]() |
Ban-ban dipasang kembali |
![]() |
Dicoba dikendarai keluar bengkel. Mas montir membawanya ke jalan raya. |
![]() |
Ternyata posisi kemudi belum center, perlu dikoreksi juga. Setelah itu: selesai, kelar. |
Long tie rod jip sudah minta diperhatikan juga ternyata. Butuh diganti. Bengkel tidak punya barang yang ready, adanya di gudang yang terletak jauh dari situ. Harganya 600 ribu. Itu pun kami masih harus nunggu samai entar sore. Ya sudah, masjo memutuskan untuk beli sendiri di toko onderdil, Prabu Motor. Lokasinya di timurnya perempatan Pojok Beteng Wetan, atawa Jalan Kolonel Sugiono, utara jalan. Cuma 150 ribu, lebih murah dan pake pol, hihihi. Mungkin karena cuma sebatang yang vital thok ya, sementara yang ditawarkan oleh bengkel tadi itu satu set komplit.
Long tie rod ini
dipasang keesokan harinya, karena kami sudah keluar bengkel, mau balik ke bengkel lagi kok rasanya sudah penat, sumuk, harus ngantri lagi pula.
Oke, soal durasi pekerjaan tadi. Berapa lama waktu yang
dibutuhkan? Jip masuk bengkel pukul 09.40, keluarnya pukul 12.15. Jadi, totalnya
2 jam 35 menit. Ini di luar masang long tie rod lho ya, cuma spooring-balancing saja.
Setelah keluar dari bengkel
Ternyata yang namanya kendaraan beroda empat itu memang perlu spooring-balancing. Tak terkecuali mobil
yang berkategori jip semi offroad macam Jimny kami. Terlebih jika cara
berjalannya sudah liar dan goyang ke kanan ke kiri tidak karuan.
Setelah di-spooring-balancing dan diganti long tie rod-nya, jip dicoba untuk melaju di ringroad selatan Jogja pada kecepatan
80 km/jam. Rasanya? Alamaaak.... terasa jauh lebih nyaman, stabil, dan kemudi
lurus normal, tidak ngiri-nganan lagi. Untuk berjalan pelan di kampung pun no
problemo; stabil. Tidak ada lagi rasa yang aneh-aneh seperti kemarin. Kalau
nanti sudah ganti ban, tentu akan lebih nyaman lagi, karena kembangannya rata,
tidak halus sebelah. Hehe... entar deh itu. Nunggu celengan bagong penuh dulu.
Lha tidak lama
setelah itu, seorang teman pun ikutan nyepooring-balancingin jip semi
offroadnya. Dan komentar dia setelah keluar dari bengkel pun sama, “Ehehe... nyaman
coy! Ternyata jip pun perlu spooring-balancing
ya.” Hati galau pun berubah jadi riang dah. Hahaa. Syukuuur....
Nah, makanya....
jangan suka ngetawain, apalagi ngeledekin, kalau belum ngerasain sendiri payahnya
permasalahan orang, dan cerahnya solusi yang akhirnya didapatkan oleh orang :)) *lah... malah curcol*
Sekedar referensi
Nama bengkel:
Setiawan
Alamat: Jalan
Bantul, Kweni, Jogja
-Lamanya waktu spooring-balancing 2 jam 35 menit
-Lamanya waktu spooring-balancing 2 jam 35 menit
-Balancing 4 ban @ Rp60 ribu. Total Rp240 ribu
-Spooring Rp150 ribu
-Ongkos pasang long tie rod Rp50 ribu
(Ongkos semua itu di atas: Rp440 ribu)
-Beli long tie rod
di Prabu Motor Jogja 150 ribu
Total biaya perawatan Jimny kami kali ini: Rp390 ribu+ Rp50 ribu+ Rp150 ribu = Rp590 ribu
Wassalam.
~Piet~
Pake Final Gear 8:41 ternyata nyampe kecepatan 80km/h. btw jimnynya 4 speed or 5 speed ?
BalasHapus4 speed
HapusMantap...Bagus banget artikelnya sangat bermanfaat
BalasHapushttp://kasqq.business.site/
http://goldenqq.business.site/
http://tikiqq-gambling-house.business.site/
http://bit.ly/2ys38NB
http://bit.ly/2ifh73F
http://bit.ly/2go06UB
Terima Kasih Sudah Berbagi Informasinya
Terimakasih sarannya
BalasHapusMantap jimny nya om... Saya juga pengguna jimny versi origin, biar terlihat khas mobilnya si doel Hehe
BalasHapusSaya ngebut dari arah Balikpapan ke samarinda PP kec. 60 sd 85 km... Ban standar 205/70/R15... Masih cukup stabil meski kata bengkel sudah harus ganti tierod ... Mau ganti tunggu dana dult
BalasHapusMaaf tanya ,roda depan kanan sya jg miring kluar,jadi lari ke kiri, kmren sdh benerin ganti laher king pen smua,yg 4 buah itu, dan sel ny,trnyta masih miring dikit ,kira2 knp ya, belum di spooring balancing sih,
BalasHapus