Jumat, 12 Februari 2016

Mendandani Jimny



Bikin Aksesoris Jimny Talang di Bengkel AGS Bantul

Bengkel itu asik dan fotogenik

Siapa yang suka ke bengkel? Sayaaaaa.....! *sambil ngacung tinggi-tinggi*. Bagi saya, bengkel itu tempat yang asik, banyak membuka wawasan. Panas? Tentu iya, tapi yaaa diasikin ajaaa, hihihi. Pernah saya berseloroh ringan dengan teman mburuh saya, sesama emak-emak hepi.... hihihi. Saya bilang bahwa abis ini saya masih harus ke bengkel. Dia menimpali, “Ah, aku mah biasaaa kalo soal ke bengkel, udah sering.” Hehehehe..... lha iya, ente bengkelnya model bengkel resmi yang adem, full AC, free wifi, free minuman dingin. Mobil ente pun mobil keluaran mutakhir yang antirewel. Sedangkan saya? Mobil saya tua bangka, yang sering batuk pilek, masuk angin, tulang linu, mengi, dan sering minta pijet dan kerokan *ngebayangin simbah-simbah*. Bengkel-bengkel yang biasanya saya sambangi pun bengkel rumahan biasa, yang berada di tengah kampung, berdebu, panas, ada AC sih tapi Angin Cemilir hahaha.   

 
Melihat proses ngelas ini saya serasa melihat kembang api... hepiiii :)) *masa kecil kurang lama kaliiiii*
Memotong lembaran besi seperti memotong tahu, it's so easy

Suasana salah satu sisi bengkel

Terus, bagaimana saya bisa enjoy berada di bengkel yang tidak lady friendly demikian itu? Yup, dengan cara pandang polos dan keponya anak-anak, dan dengan mengasikinnya dengan cara ceprat-cepret. Tidak harus dengan kamera DSLR, dengan kamera hape pun jadilah. Yang penting, tumbuhkan rasa kepo dan sedikit taste estetika anda. *Jiaaah..... kayak ngasih kuliah aja*. Asiknya lagi, bengkel yang saya datangi itu bengkel yang banyak mendandani mobil offroad. Pasien-pasiennya kebanyakan jip-jip offroad yang fotogenik menurut pandangan saya, walaupun tidak sedikit pula mobil road (truk, pick up, sedan, minibus, etc). 

 
Ada pasien Jimny kuning yang juga pesan bemper dan tyre hanger. Jip ini barusan selesai dicat di bengkel lain, kemudian diantarkan ke bengkel ini. Bahkan jok dan komponen interiornya pun belum sempat dipasang

Ebuceeeeettt.... Kebayang tidak ketika si sopir mengantarkan jip ini ke bengkel? Dia menyetir dengan duduk di jok darurat ini

Tyre hanger pesanan jip kuning ini sedang diangin-anginkan supaya catnya kering. Jip saya pun memesan tyre hanger yang bentuknya sama. Hehehe... sepertinya ini memang tyre hanger sejuta umat

Grill jip merah ini mengingatkan saya pada grill jip saya ketika dulu baru dibeli


Peralatan yang digunakan pun banyak yang asing bin aneh menurut wong wedok seperti saya, tapi justru terlihat menarik. Di situ kadang saya merasa senang... ehehehe. Kamera atau kamera hape saya pun bisa banyak membidikkan amunisinya. Okay, enough for it. Lanjut ke acara mbengkelnya yuuuk :D.


Alasan pasang rak atap, pasang tyre hanger, dan ganti bemper

Acara mbengkel kali ini adalah untuk keperluan memasang aksesoris jip saya yang berupa rak atap atau roof rack, memasang gantungan ban serep atau tyre hanger, dan mengganti bemper belakang standar bawaan pabrik menjadi custom yang lebih kuat dan cakep.

Emangnya, seberapa penting sih rak atap bagi jip saya? Jawabannya: yaaa ibarat kebutuhan tertier lah, bukan kebutuhan primer seperti halnya ganti ban, atau kebutuhan sekunder semisal pasang lampu rem tambahan. Jadi, tidak ada pun tidak apa-apa, kalau ada, ya jadi lebih afdol saja. Afdolnya? Penampilan jip menjadi lebih komplit dan keren, hehe.... menurut saya lho, dan jip jadi lebih ganteng. Ibarat cowok yang pakai topi gitu deh. Eh, tapi, apa tidak berguna untuk naruh barang? Hehehe... kabin belakang saya masih luas kok. Wong sengaja diblong, tidak ada kursinya. Jadi, sejauh ini barang-barang bawaan sudah terangkut dengan sukses ke dalam kabin. Jika suatu saat nanti kabin tidak muat karena harus membawa barang super duper buanyak, maka rak pun akan ready menunaikan tugasnya. Ndilalah, waktu beli jip ini dulu, jok belakangnya sudah rusak dikarenakan oleh besi penyangga jok yang patah berkarat. Jadi, sekalian aja di-removed.

Apakah hanya faktor tampilan saja yang menjadi alasannya? Kok such a silly reason? Owh... tentu tidak! Tentu saja ada nilai guna yang menyertainya, yaitu saya bisa motret dengan sudut pengambilan dari atas. Ini berguna sekali terutama pada saat CRan (country road-an). Ada sih teman yang dengan suka rela menawarkan memanjat raknya, tapi rasanya kok kurang nyaman bagi saya main panjat-panjatan di jip orang. Ntar kalau catnya lecet atau tergores gimana, atau penyok? Maka dari itu, kemooon pasang rak sendiri! ^__^.

Pasang rak adalah usul dari saya. Sementara itu, masjo pun punya usul sendiri: pasang tyre hanger dan ganti bemper belakang. Nah, dua hal tersebut termasuk penting. Tyre hanger berguna untuk menggantung atau memasang ban serep di belakang pintu jip. Lho, di pintu kan sudah ada cantolan bawaan? Tinggal tempelin aja bannya di situ, beres kan? Hihihi.... kalau bannya masih ban standar pabrik sih no problemo lah, tapi ini ban kastem yang besar dan berat. Jika dipaksakan dicantolin, ya bisa rusak itu pintu, rompal....

Bagaimana dengan ganti bemper? Kan bempernya masih bagus tuh, kenapa kok diganti? Itu bemper standar bawaan pabrik yang kualitasnya so so lah. Pengalaman dalam satu CRan, jip saya di-rescue, bemper itu dinaikin pria dewasa dan diencot-encot (apa sih istilah yang tepat?). Hasilnya? Bengkok! Kakakakakkkk. Belum lagi risiko terbentur batu, pohon, jip lain, atau benda-benda keras lainnya. Oleh sebab itu, kebutuhan akan tameng yang kuat pun tak bisa ditunda lagi, supaya badan jip juga lebih terlindungi, penumpangnya juga lebih merasa aman. Di jalan raya pun jip perlu diberikan perlindungan yang baik dari kemungkinan terkena benturan kendaraan di belakangnya, walaupun, siapa sih orangnya yang ingin kendaraannya diseruduk dari belakang. Yaa, antisipasi itu perlu. Kita kan tidak mengharapkan basah kehujanan di perjalanan, tetapi jika hujan beneran turun, daripada basah beneran, alangkah baiknya jika kita sudah sedia payung sedari rumah tadi.


Memilih desain dan menentukan bengkel

Baiklah brosis, kita lanjutin ceritanya. Untuk mewujudkan our project, saya dan masjo pun browsing sana-sini untuk mendapatkan gambaran desain rak, tyre hanger, dan bemper yang dimaksudkan. Tak ketinggalan juga faktor budget. Jangan sampai project ini nantinya membuat kuwali di dapur nggelimpang sebulan. Wah, berabe itu....





Rak jip saya sudah dicat, tinggal dipasang


Sebagai gambaran desain rak, kami ingin yang pagarnya rendah saja, tidak tinggi, sehingga tidak berisiko sundul jika melewati area yang bersifat lorong, dan memperkecil kemungkinan bergesekan dan merusak tetumbuhan yang menjulur ketika blusukan. Menurut saya, rak yang berpagar tinggi itu estetikanya juga kurang baik dan terkesan heboh. Saya pun menginginkan ada ram-raman a la strimin pada bottom side-nya, supaya saya bisa nyaman di kala jak-jakan memotret di atap jip. Bokong saya bisa terwadahi dengan nyaman ketika duduk di sana, kaki saya pun dengan leluasa bisa memilih area pijak yang tidak berisiko penyok body bagian atap. Oh iya, satu lagi. Si Pipo kucing saya pun biar bisa take off dan landing dari atap rumah, dengan menginjak strimin itu. Hiks... pada praktiknya, ternyata dia justru menghindari area strimin, dia lebih memilih ujung atap yang tidak ter-cover rak. Saya menengarai, lubang-lubang strimin itu terlalu besar bagi telapak kakinya yang mungil, sehingga berisiko mencederai. #rencana meleset, di situ kadang saya merasa sedih :(

 
Stiker di moncong truk di bengkel AGS. Saya paling demen sama yang beginian ini, simbol-simbol cinta tanah air. NKRI harga mati!


Sedangkan untuk bemper dan tyre hanger, kami sepakat ingin yang simple but looks tough, and actually tough, bemper dan tyre hanger yang menyatu menjadi satu kesatuan yang utuh dalam negeri NKRI dan semboyan bhinneka tunggal ika *lebay tenan*. Besinya pun harus yang cukup tebal, dengan detail pengerjaan yang harus halus, tidak belepotan. Warna cat standar aja, hitam doff, simpel dan macho! XD

Untuk itu, yang pertama ditanyai, tak lain dan tak bukan adalah Eyang Google yang jenius dan serba tahu itu. Terus, wang-sinawang (lihat-lihatan) dengan teman-teman jip. Lihat-lihat dan tanya-tanya di bengkel juga iya, dan kebetulan, dalam satu acara baksos dengan teman-teman jip KJFC, kami “diiming-imingi” bemper dan tyre hanger baru yang masih kinclong, yang nangkring unyu di Jimny merah hatinya Pak Lurah. Hahaha..... kok ya pas banget momentumnya. Masjo pun sibuk deh melihat-lihat, raba-raba, megang-megang, kayak ngetest duit palsu  dan nanya-nanya ke empunya. Abis itu, do’i manggil-manggil menkeunya *saya-red* untuk mendekat dan diajak rapat penting setingkat menko *hallaah*.

 
Pak Lurah ternyata lagi ngorder rak juga di sini :)
Sama-sama untuk Jimny Talang, rak Jimny Talang Pak Lurah dicobakan ke jip saya. Plegg cocok! Cuma, cagaknya perlu dipotong sedikit

Pak Lurah pun mesam-mesem karena sepertinya sudah berhasil menebar racun. Wahahahaaa.... ngalamat acara ke mall saya tambah mundur lagi jek! Ora popo lah, saya nggak masalah kok. Wong sayanya juga seneng :) Baidewei, sudah setahun lebih kaki saya tidak menginjak mall. Itu karena saya ikutan larut mbengkel dan mbengkel, yang melarutkan semua dana beli baju, tas, dan sepatu imut-imut saya...... xixixixixi, tapi saya masih bisa beli baju online kok, jangan khawatiiiir *curhat* :D. So, bagi para sista yang tidak ingin bernasib sama dengan saya, anda perlu mewaspadai virus jip dan bengkel ini ya. Khususnya jika suami anda jiper! Wakakakakaaa. Asli, ini serius! Mendandani jip itu tampaknya tak ada habisnya, seperti mendandani rumah. Biaya berapa pun masuuuk aja.... ayooo aja.... hyuuuk aja. Intinya, kita harus bijak sis... Kebutuhan pokok keluarga terutama dapur harus tetap dinomorsatukan :)

Akhirnya, dapat deh desain rak, bemper belakang, dan tyre hanger seperti yang dicita-citakan. Lokasi bengkel pun didapat, yang menurut cerita Pak Lurah, harganya affordable, kualitasnya bagus. Diperkuat dengan testimoni teman-teman jip yang pada membuat aksesoris di bengkel tersebut, kami semakin mantab untuk memilih bengkel ini. Pun masih diperkuat lagi dengan kualifikasi si empunya bengkel yang merupakan offroader berpengalaman. It means, ada jaminan barang-barang pesanan saya dikerjakan dengan matang penuh perhitungan, berdasarkan pengalaman ngoffroadnya. Misalnya, ketika dipakai untuk winching atau strapping, bemper kuat tidak prothol, rak diinjak-injak tidak bengkok, tyre hanger aman digandhuli ban serta aman dari tangan jahil. Waaah.... manteb lah! Berangkaaaat.....


Bengkel AGS

Saya lupa nama kampungnya, yang jelas, lokasi bengkel AGS ini berada di selatan Pasar Jodog, Bantul (silakan buka Google Map anda). Waktu ke sana, dari Jalan Srandakan, kami ambil kiri, masuk jalan aspalan kecil di sebelah barat Lapangan Jodog. Jalan ini tembus ke sisi  timur pasar yang bujubuneeeeng..... ramenya. Ternyata hari itu adalah hari pasaran. Saya lupa tepatnya, kalau tidak salah itu pas Kliwon atau Legi dalam penanggalan Jawa. Pasar pun tumpah sodara-sodara! Banyak sekali pedagang barang klithikan yang membuka lapak di kiri-kanan jalan. Saya sih asikin aja saat jip kami berjalan super pelan *banyak berhentinya*, itung-itung, sambil cuci mata melihat-lihat barang dagangan yang dipajang. Eeh kali aja ada sesuatu yang membuat saya tertarik membeli... hihihi..... dasar ibuk-ibuk! 

 
Pasar tumpah ini didominasi oleh kaum lelaki
Ehh.... ada sepatu boot!
Sedikit lagi keluar dari crowded-nya jalan

Karena ajrut-ajrutan dan macet seperti arus mudik, setengah jam lebih baru jip kami bisa lepas dari jalan yang panjangnya hanya sekitar 300-500 meteran ini. Lain kali, jika tidak sedang ingin menikmati suasana klithikan, mendingan lewat jalan yang tembus barat pasar saja, lebih sepi dan lancar. Dari pasar itu, kami masih ke selatan lagi tidak sampai beberapa ratus meter saja. Persis di kiri jalan, sampai deh.


Bengkel AGS berhalaman luas
Papan nama "AGS" di atap bengkel


Bengkel itu dikenal di kalangan teman-teman KJFC dengan nama “Gandem”. Demikian mereka menyebutnya, walaupun di bengkel tidak saya baca tulisan “Gandem”, malah terpampang jelas papan nama bertuliskan AGS. Saya yakin AGS merupakan singkatan dari “AGUS”, nama si juragan bengkel. Mas Agus ini seorang offroader aktif. Beliau juga penggemar Taft Diesel. Kalau tidak salah, beliau memiliki tiga buah Taft Diesel di rumah yang jejer dengan bengkelnya itu. Dari sedikit tanya-tanya, beliau ini aktif di pengurusan Taft Diesel Indonesia/TDI chapter Jogja, IOF Pengda DIY, dan IOJ (Independent Offroad Jogj4x4rta). Wah.... offroader tulen. Tidak mengherankan kalau di bengkelnya banyak dijumpai pasien jip beraneka merk dan odong-odong 4x4. Selain usaha bengkel, beliau punya usaha persewaan tenda dan sound system bernama “Gandem”. Hahaaa! Mungkin nama inilah yang lebih ngetop di kalangan teman-teman.

 
Stiker di truk yang ada di bengkel
Ahaa! Saya juga cinta sama IOF dan Kopassus :)
Stiker-stiker offroad di jendela rumah si empunya bengkel


Di sana saya melihat ada 3 orang karyawan bengkel yang sibuk dengan jobdes masing-masing. Mereka bekerja diiringi dengan lagu-lagu dangdut progresif yang disetel kenceng. Kadang saya cengar-cengir aja mendengar liriknya yang lucu nakal khas dangdut itu... hihihii. Satu hal yang bikin saya terkaget-kaget sekaligus kagum: mereka membengkokkan batang besi dengan cara di-winch! Busyet dah! Ngoffroad bangeds...... Cool!



Tyre hanger dan bemper sebelum dicat




Bemper sudah dicat
Bemper diinstal ke jip

Rak dinaikkan ke atap jip
Rak pun sudah bertengger di atap jip
Mengencangkan mur baut
Kencangkan lagi bautnya
Mas Agus sedang mengecat peleg jip saya



Waktu kami pesan orderan tanggal 3 Desember 2015, orderan di bengkel itu lagi lumayan banyak. Jadi, ya harus sabar mengantri. Untungnya, jip tidak perlu ditinggal, cukup diukur-ukur saja, jadi tetap bisa digunakan untuk wira-wiri harian. Setelah fix ngorder dan mengeluarkan DP, sesekali kami pun menyempatkan diri menengok progres pengerjaan. Oh iya, sekalian menyusulkan satu buah peleg untuk dicat hitam. Peleg itu untuk dipasangi ban serep nentinya. Tepat di penghujung tahun, tanggal 31 Desember 2015, our project has done, but not really done. Hehehe.... ada yang ketinggalan, kerangkeng buat lampu belakang masih kelupaan, belum terpasang *elus-elus dahi....*  Yo wis, tidak apa-apa. Toh pekerjaan mayor sudah terselesaikan dengan baik. Mas Agus pun berjanji akan menelpon masjo jika nanti sudah longgar, untuk memasang kerangkeng tersebut.

Walhasil, voila! Inilah hasilnya........

Gimana? Cakep kan? Hehe... Itu celah menganga di antara rak dan dahi jip membuat saya ingin segera memasang LED bar. *Nabung dulu!*
Tyre hanger sedang diinstal
Dudukan ban serep is ready to use


The conclusion

Roof rack: Rp1.200.000
Bemper dan tyre hanger: Rp1.950.000
Ngecat satu peleg: gratis
Total biaya:  Rp3.150.000
Total waktu: 1 bulan kurang sedikit (peak season)
Recommended? Yes, sure
Ingin ngorder lagi? Yes, pingin bikin bemper depan kapan-kapan


Oh iya, ini informasi yang penting nih... Saya tidak bermaksud mengiklankan bengkel ini, saya pun tidak dibayar untuk menulis tentang bengkel ini. Semua yang saya tulis ini adalah murni pengalaman saya, sebagai materi untuk mengisi blog saya ini, yang syukur-syukur bisa berguna bagi siapa saja yang membacanya. Oke brosis, sekian dulu postingan kali ini. Wassalam.

~Piet~

3 komentar:

  1. makasih informasinya, kebetulan sy juga lagi cari bengkel bamper. GBU

    BalasHapus
  2. selamat siang mas sya dari bandung,.itu mobilnya cakep..
    kira2 habis brp untuk mobil jadi cakep gt?
    minta recomdasi apa aja yang sudah dirubah..
    lagi butuh ide untuk meremajakan lagi katana Sj410..kebetulan sama si merah juga tapi masih standar buanget...

    hatur nuhun sebelumnya..

    BalasHapus