Seorang follower manca negara mengomentari foto postingan saya, di Instagram @piett12, dengan nada ilfil, “Aje gile jon, jelas-jelas Suzuki gitu… kok pake tulisan Jeep?!?!”
Hmm.... What do you think, brosis?
Subjek di dalam foto itu adalah foto Suzuki Jimny teman. Sudah dari dulu saya
merasakan hal yang sama dengan apa yang si mister itu katakan. Cuma, saya ya no
komen saja kalau di sekitar saya ada mobil teman atau orang lain yang bermerk
Suzuki, tetapi menggunakan emblem Jeep. Suka-suka dia dong. Dia mau pake emblem
Hummer, Toyota, Hino, Honda, Scania, atau yang lain. Itu bukan urusan saya.
Jadi, walaupun sebenarnya ada sesuatu yang ganjil, tapi tidak perlulah saya
dengan sotoynya mbilangin ke orangnya, “Eh mas, mas.... emblem sampeyan itu
salah. Mosok Suzuki pake emblem Jeep.” *lari
ditimpuk sekel* Emangnya saya siapa, emak-emak cupu kok ngomongin Jeep/jip.
Hihihihi *ketawa a la Suzanna*
Karena saya menyukai jip, walaupun saya bukan offroader, tapi saya punya
kekepoan tersendiri tentang jip dan dunia offroad *daripada ngepoin orang*.
Yaa modal suka thok kok rasanya kurang cukup ya. Saya merasa butuh menambah
wawasan. Minimal, saya bisa nyambung kalo diajak ngobrol sama suami tentang jip
tua bangka kami, bengkel, dan CRan... hehe. Walhasil, tahun lalu saya melakukan
penelitian kecil-kecilan tentang fotografi offroad, yang didukung oleh tempat
mburuh saya. Well, singkatnya, dari beberapa
buku, saya menemukan keterangan yang mendukung hipotesis tebakan awal saya,
yaitu istilah Jeep (diawali huruf besar) dan jip (huruf kecil semua).
Jip
1. mobil kecil yang kuat, serba guna, bentuknya segi empat,
lebih tinggi dari sedan, beroda empat, untuk 4-10 orang
2. mobil jenis jip. Tetapi lebih besar dan mewah
(Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2007: 475).
sebutan yang dipakai untuk kendaraan gardan ganda atau 4x4
(Nugroho, 2005: 141).
sejenis mobil yang kuat, bentuknya segi
empat, kendaraan yang mulanya digunakan pada Perang Dunia II
(Badudu dan Zain, 1996: 579)
(Badudu dan Zain, 1996: 579)
Jeep
“…..sedangkan Jeep adalah merk bagi kendaraan
gardan ganda, misalnya Wrangler dan Cherokee yang merupakan tipe yang dirilis
oleh Jeep. Kata jip sebenarnya sudah salah kaprah sejak generasi 1945. Pada
zaman revolusi kemerdekaan, mobil yang populer adalah Jeep yang berpenggerak 4
roda (4 wheels drive), yang antara
lain bertipe: Bantam, Willys, dan M38. Selanjutnya orang mengenal seri
kendaraan tersebut sebagai jip. Ketika masuk kendaraan berpenggerak 4 roda dari
merk lain (waktu itu yang terkenal merk Mitsubishi) yang bentuknya mirip dengan
Jeep yang sudah ada sebelumnya, orang lantas menyebutnya sebagai jip. Memang
setelah Perang Dunia II, Mitsubishi membeli lisensi Jeep. Salah kaprah itu
tetap berlanjut hingga sekarang.” (Nugroho, 2005: 141).
Jadi, kesimpulannya, jip itu jenis kendaraan;
sedangkan Jeep itu merk. Adapun saat diucapkan kok ada kesamaan bunyi atau
homofon, hal ini memang tak terlepas dari faktor asal-muasal atawa sejarah.
Jeep merupakan merk kendaraan darat yang handal dan mulai terkenal di saat berkecamuknya Perang
Dunia II (sampai saat ini pun tetap handal dan terkenal). Kemampuan Jeep terbukti sangat sesuai untuk keperluan perang, yang
tidak hanya menggelinding on-road
saja, namun juga tahan banting off-road
di medan-medan kasar yang tak terjangkau oleh mobil biasa (selain panser
tentunya).
Kita tarik ke zaman baheula dulu yuuuk?
Yuuuuk.... Dahulu *sampai sekarang* negeri kita yang kaya raya ini telah membuat
ngiler bangsa asing untuk bercokol dan mengeruk kekayaan yang melimpah-ruah.
Perang dan perang pun telah akrab bagi bangsa ini untuk mengusir mereka para penjajah londo itu dari Nusantara, sejak zaman
raja-raja yang sifatnya perlawanan lokal, hingga zaman tokoh-tokoh pergerakan nasional yang
mencita-citakan bersatunya wilayah Nusantara jajahan Belanda ke dalam NKRI. Belum lagi perang
melawan penjajah Jepang yang datang belakangan, dan Sekutu yang ikut-ikutan datang
“melu bancakan”, yang diam-diam ternyata diboncengi oleh Belanda *kebayang
londo-londo mbonceng sepeda onthel reyot...*.
Nah, salah satu kendaraan yang dipakai tentara
untuk wira-wiri ya super utility vehicle
bermerk Jeep itu. Oleh karenanya, masyarakat kita sudah tidak asing lagi dengan
kendaraan bermerk Jeep, yang dilafalkan “jip” itu. Ketika selanjutnya muncul
kendaraan merk lain yang berkemampuan sejenis, masyarakat kita yang terlanjur
akrab dengan Jeep (dengan lafal “jip") tetap menyebut kendaraan baru tersebut
dengan lafal “jip” juga.
Ingatkah anda tentang "riben" dan "Rayban"? Nah, persis
seperti itu! Kita jamak menyebut kaca mata berlensa hitam dengan “kaca mata riben”. Salah kaprah, sering
di dalam bahasa tulis dijumpai kata “kaca mata rayban”, walaupun merk kaca mata yang dimaksud jelas-jelas bukan
“Rayban”, melainkan Oakley, Gucci, Levi's, atau merk lainnya . Kita juga acap kali menyebut kaca jendela yang gelap dengan sitilah "kaca riben", dan ada yang menuliskannya "kaca Rayban". Bingung? Bhihihik.... coba balik kaos anda, dan anda akan tetap bingung :))
Pasta gigi merk Odol. Sumber: atlas-repropaperwork.com |
Hal sejenis juga ditemui pada kata “odol”
untuk penyebutan pasta gigi. “Odol” sendiri adalah merk pasta gigi buatan
Jerman, yang dibawa masuk ke Indonesia oleh tentara penjajah Hindia Belanda. Walaupun sudah
berpuluh-puluh tahun Odol tidak beredar di Indonesia, namun "odol" telah
melekat di hati kita sebagai kata generik untuk menyebut pasta gigi (sumber: Wikipedia)
Iklan Odol. Sumber: dhmd.de |
Pun demikian halnya dengan penyebutan aqua
untuk air mineral, softex untuk pembalut wanita, pempers untuk popok bayi, indomie
untuk mi instan, rinso untuk sabun cuci, dan sanyo untuk pompa air. Kenapa bisa
demikian? Ya karena lebih enak saja untuk diucapkan; lebih singkat, padat, dan
jelas menjurus ke benda yang dimaksud. Hehehe.... mungkin anda bisa menambahkan
merk-merk lainnya, brosis....
Lha, lantas bagaimana dengan fenomena emblem
Jeep itu tadi? Saya sendiri belum pernah mengadakan penelitian khusus tentang itu, tapi menurut dugaan saya, hal tersebut dikarenakan oleh faktor preferensi yang bercampur
dengan sedikit kekurangtahuan (mohon maaf, CMIIW). Mungkin mereka menganggap emblem Jeep itu keren,
dengan font type yang sesuai selera,
dan dengan bahan logam yang bagus pula *menurut saya juga iya :)*. Membaca percakapan di media online, saya
pun sering menjumpai orang-orang menuliskan kata: “jeepku”, “jeepmu”, “jeep
kita”, "jeep" klonthang, dan sejenisnya, dengan kata "jeep" padahal mobil yang sedang dibahas tersebut bermerk Suzuki dari jenis Katana dan Jimny. Jadi,
untuk menyatakan bahwa mobil mereka tersebut berkategori jip, mereka memilih kata "jeep". Untuk alasan yang sama, mereka pun memilih emblem bertuliskan "Jeep" untuk ditempelkan di badan mobil. Emmmm.... Selain itu, saya kira ini juga dikarenakan oleh mudahnya emblem "Jeep" ditemui di pasaran, daripada emblem "jip".
Bagaimana dengan pendapat brosis sekalian, adakah yang
berpendapat lain? Atau sama dengan saya? Hehee.... Monggo, silahkan sharing.
~Piet~
Referensi:
1. Badudu, J.S. & Sutan Mohammad Zain, 1996, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
2. Nugroho, Amien, 2005, Ensiklopedi Otomotif, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
3. Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Departemen
Nasional, 2007, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.
4. www.atlas-repropaperwork.com
5. www.dhmd.de
6. www.wikipedia.com
mobilnya penculik nih biasanya kalau di desa saya,
BalasHapus